Bisnis.com, JAKARTA - Indonesia sepertinya harus belajar dari Kanada dalam menjalin hubungan kerja sama perdagangan bebas dengan Korea Selatan.
Isu pembahasan negosiasi tahap akhir Indonesia Korea Coprehensive Economic Partnership Agreement (IK-CEPA) yang akhir-akhir ini menghangat, nampaknya masih mendapatkan sorotan tajam dari pelaku usaha dalam negeri.
Sebagian kalangan berharap kesepakatan ini dapat menguntungkan kedua belah pihak. Mereka berpendapat Indonesia jangan terburu-buru memutuskan kesepakatan itu jika pakta perjanjian dianggap masih belum menguntungkan negara.
Publik juga menginginkan pemerintah lebih berhati-hati dalam menjalin hubungan kerja sama perdagangan bebas, supaya negara tidak dirugikan oleh kesepakatan perdagangan bebas.
Dalam hal ini, situasi Indonesia sepertinya hampir sama dengan kesepakatan kerja sama antara Kanada dengan Korsel. Baru-baru ini, Kanada mengumumkan bahwa mereka telah mencapai kesepakatan dengan Korsel dalam hal perjanjian perdagangan bebas.
Kanada mengklaim kesepakatan negosisasi perdagangan bebas dengan Korea Selatan akan membuka lebih banyak akses bagi produsen daging sapi Kanada dan dapat mengurangi beberapa tarif mobil yang dibuat oleh perusahaan Korea.
Menurut seorang pejabat Kanada, setelah kesepakatan ini dilaksanakan maka akan meningkatkan ekspor Kanada ke Korea Selatan sebanyak satu hingga 3 kali lipat, dan secara tahunan menambahkan pemasukan US$1,5 miliar bagi perekonomian Kanada.
Kesepakatan dengan Korsel adalah langkah pertama bagi Kanada mencapai Asia, dan akan menjadi peluang bagi Kanada untuk bersaing secara sehat dengan kompetitor lain dari AS dan Uni Eropa yang terlebih dahulu telah menandatangani pakta serupa dengan Korsel.
Perdana Menteri Kanada Stephen Harper, yang bertemu dengan Presiden Korsel Park Geun Hye pada Selasa (11/3/2014), menekankan negaranya perlu diversifikasi ekspor dari Amerika Serikat yang membeli 76% dari pengiriman luar negeri Kanada pada tahun lalu.
“Ini adalah kesepakatan yang dibutuhkan oleh Kanada. Hal ini kembali menempatkan kami pada level yang sama dengan Amerika dan Uni Eropa” kata Joy Nott, Presiden Asosiasi Importir dan Eksportir Kanada di Seoul pada Selasa (11/3/2014).
Negosiasi antara Kanada dan Korsel dimulai pada 2005 dan mencapai jalan buntu pada 2008. Pada 2011 Uni Eropa menerapkan kesepakatan dengan Kanada, sedangkan AS membawa versinya sendiri yang berlaku pada 2012.
Melihat alotnya negosiasi perdagangan bebas antara Kanada dan Korsel yang memakan waktu hampir 9 tahun untuk mencari kata saling menguntungkan, nampaknya Indonesia layak untuk mengikuti jejak Kanada ini.
Apalagi perundingan CEPA yang dilakukan oleh Indonesia relatif baru dilaksanakan pada Desember 2012, atau saat ini memasuki tahun ke-2.