Bisnis.com, LONDON—Setelah kebijakan moneter global dalam beberapa tahun terakhir dibentuk oleh gejolak uang di Eropa selatan dan gempa di utara Jepang, saat ini fokus tertuju pada Ukraina yang hanya menyumbang 0,4% dari ekonomi dunia.
Sebagian besar pejabat dan ekonom mengatakan untuk saat ini kebuntuan yang tertahan di Crimea lebih baik diamati daripada bereaksi untuk mempertahankan perkiraan terhadap pertumbuhan dan sikap kebijakan moneter.
Petumbuhan dapat berubah jika harga komoditas atau pasar keuangan mulai tergelincir , dengan Rusia sudah menaikkan suku bunga dan Polandia berpotensi memikirkan kembali keengganannya menggunakan euro.
“Kita harus melihat situasi dengan perhatian besar dan menyadari bahwa tidak hanya keputusan kebijakan moneter yang dipertaruhkan, tetapi juga merupakan masalah yang lebih luas dan mungkin berdampak pada perekonomian,” kata Presiden bank sentral Eropa Mario Draghi, Kamis (6/3/2014).
Para bank sentral tengah berada dalam peringatan hanya beberapa minggu setelah aksi jual di pasar negara berkembang mengangkat kekhawatiran baru bahwa ekspansi ekonomi internasional bisa goyah.
“isi sesuatu yang saya amati penuh dengan kehati-hatian untuk implikasi potensialnya dalam pertumbuhan. Pasar komoditas sejauh ini nampaknya akan mendapatkan berita yang cukup baik,” kata Jeffrey Lacker, Presiden Federal Reserve Bank of Richmond di New York.
Sementara itu John Williams, Presiden Fed San Francisco mengatakan krisis di Ukraina tidak berisiko terhadap ekonomi AS untuk saat ini. “ Ukraina adalah perekonomian yang sangat kecil,” kata Williams.
Namun begitu menurutnya, publik harus melihat apa implikasinya jika krisi itu menjadi lebih buruk atau mulai menyebar ke daerah lain.