Bisnis.com, MOSKOW—Rusia menaikan suku bunga acuan pada tingkat tertinggi sejak 1998 karena mata uang negara jatuh ke rekor terendah dan investor menarik uang dari pasar saham akibat khawatir bahwa Presiden Vladimir Putin akan menyerang Ukraina.
Bank sentral Rusia mengatakan dalam situsnya, suku bunga lelang 1 minggu, benchmark yang diperkenalkan pada September lalu untuk sementara meningkat hingga 7% dari 5,5%. Regulator untuk sementara juga menaikan suku bunga pinjaman utama lainnya sebesar 150 basis poin atau 1,5%.
“Terdapat sebuah risiko atas reaksi internasional yang menyerang Rusia di saat ekonomi membutuhkan peningkatan arus modal masuk dari asing,” kata Gillian Edgeworth, Kepala Ekonom UniCredit SpA di London.
Menurutnya, ketidakpastian ini dapat meningkatkan risiko lebih lanjut dalam arus modal domestik yang ke luar negeri.
Indeks saham Rusia, Micex, turun 11% pada Selasa (4/3/2014) waktu Rusia, dan menjadi penurunan terbesar sejak November 2008. Sementara itu saham OAO Gazprom, perusahaan yang mengirim separuh ekspor gas alamnya ke Eropa melewati Ukraina turun 14%.
Mata uang Rusia, rubel, memperpanjang penurunan pada rekor terendah menjadi 42,6334 terhadap sekelompok bank sentral lainnya pada Selasa (4/3/2014) di Moskow.
Pihak berwenang Rusia mengatakan, pasukan pro-Rusia yang mengendalikan wilayah Crimea di Ukraina telah menyerang pos perbatasan, sementara jet tempur telah melanggar wilayah udara dan kapal perang lainnya telah tiba di pangkalan Rusia yang terletak di semenanjung Laut Hitam.