Bisnis.com, MALANG—Petani cabai di wilayah terdampak erupsi Kelud minta perbankan menjadwal ulang kredit mereka karena kerusakan lahan mereka cukup parah sehingga tidak bisa panen untuk mengangsur kredit dalam waktu dekat.
Ketua Asosiasi Agribisnis Cabai Indonesia Jawa Timur Sukoco mengatakan dengan rusaknya lahan pertanaian cabai mereka karena erupsi Kelud, maka tidak ada dana untuk mengangsur kredit.
“Kami tidak minta dihapuskan, tapi dijadwalkan ulang karena tidak mungkin kredit tersebut dihapuskan,” kata Sukoco, Selasa (25/2/2014).
Sebagian besar petani cabai, kata dia, menggantungkan biaya produksi dari kredit bank baik lewat kredit program Kredit Usaha Rakyat (KUR), Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKPE), maupun kredit komersial.
Kalau diproporsikan, 80% dari petani cabai yang arealnya terdampak Kelud dibiayai perbankan.
Selain penjadwalan, petani mengharapkan pula penghapusan bunga karena petani akan kesulitan mengangsur kredit jika masih dibebankan bunga.
“Tapi untuk penjadwalan kredit, sudah ada respon positif dari perbankan, tinggal menunggu persetujuan dari kantor wilayah masing-masing,” ucapnya.
Terkait total kredit petani cabai di wilayah terdampak Gunung Kelud, dia mengaku tidak tahu, namun diperkirakan mencapai miliaran rupiah.
Untuk tanaman cabai merah dan keriting, ada 400 ha dari 700 ha di Kab. Kediri yang rusak parah sehingga tidak bisa dipanen yang tersebar di Kec. Kepung, Puncu, dan Ngancar.
Nilai kerugiannya mencapai Rp24 miliar yang dihitung dari biaya produksi. “Biaya produksinya sebenarnya Rp80 juta/ha, namun mereka sudah petik lima kali sehingga kerugiannya tinggal Rp60 juta/ha,” katanya.
Untuk tanaman cabai rawit, areal tanaman yang terdampak seluas 1.200 hektare sehingga nilai kerugiannya Rp48 miliar yang dihitung dari biaya produksi yang mencapoai Rp40 juta/ha.
“Tanaman cabai belum sempat kami panen sama sekali,” ujarnya.
Luas tanaman cabai rawit di Kab. Kediri mencapai 5.000 ha, terutama di wilayah dataran tinggi yang lokasinya lebih tinggi dari Gunung Kelud.