Bisnis.com, TOKYO—Strategi bank sentral Jepang (Bank of Japan/BoJ) diproyeksi gagal mencapai target tingkat inflasi sebesar 2%. Meskipun nilai tukar mata uang menurun tahun depan, hal itu diyakini tidak cukup membantu.
Menurut analisa Bloomberg, mata uang Jepang akan jatuh 11% menjadi 115 per dolar pada 2015. Capaian itu masih di bawah perkiraan ekonom yakni penurunan menjadi 120 per dolar yang dibutuhkan untuk meningkatkan harga konsumen guna mencapai target BoJ.
Kebutuhan penurunan ini diyakini sebagai titik impas yang mencerminkan ekspektasi investor obligasi pada tingkat inflasi ke depan. Tanda-tanda kenaikan biaya hidup dalam dekade mendatang yakni sebesar 1,16%. Angka ini masih lebih rendah dari 2,16% di As dan 1,35% di Jerman.
Yen mendapatkan penurunan terbesar dalam lebih dari satu pekan lalu, setelah BoJ meningkatkan program pinjaman. Gubernur Haruhiko Kuroda mengatakan pihaknya akan terus membeli obligasi secara fleksibel dan tidak ragu untuk menyesuaikan kebijakan jika timbul risiko di kemudian hari.
“Hampir tidak ada kesempatan yang dapat dicapai pada target harga di pertengahan 2015,” kata Kazuhiko Ogata, Kepala ekonom Credit Agricole SA di Tokyo, Rabu (19/2/2014).
Menurutnya, penurunan nilai tukar yen sangat penting, tetapi diyakini laju depresiasi ke depan akan lebih lambat dibandingkan pada 2013.
Mata uang Jepang masih terapresiasi 3% pada tahun ini ketika terjadi kekacauan di pasar negara berkembang memacu permintaan atas aset aman.