Bisnis.com, SINGAPURA—Obligasi Filipina yang memperoleh keuntungan terbesar di Asia Tenggara pada 2013 mengalami kerugian bulan ini akibat inflasi melonjak ke tingkat tertinggi dalam 2 tahun, sehingga nilai peso merosot.
Menurut catatan pemerintah, mata uang lokal turun 1,1% pada 2014, setelah sebelumnya naik 5,2% pada tahun lalu, yang merupakan penguatan terbaik di antara 10 indeks Asia yang disusun oleh HSBC Holdings Plc.
Berdasarkan data yang dikumpulkan Bloomberg, kenaikan harga konsumen sebesar 4,1%, memberi imbal hasil sebesar 0,18% bagi investor surat berharga di Filipina untuk jatuh tempo 10-tahun, lebih kecil dibandingkan dengan 2,3% di Thailand dan 1,3% di Malaysia.
Bank of America Merrill Lynch menyatakan bank sentral Filipina (Bangko Sentral ng Pilipinas) perlu mengekang pasokan uang sebelum menaikkan suku bunga acuan dari rekor terendah jika inflasi melebihi 5% dan untuk mengagalkan kerugian pada peso.
Penurunan mata uang sebesar 10,3% dalam hampir 5 tahun merupakan yang tertinggi pada Januari tahun lalu, disebabkan oleh kehancuran akibat Topan super Haiyan dan mendorong kebutuhan ekonomi sebesar US$250 miliar.
“Kami belum berinvestasi di negara ini untuk periode yang lebih lama karena penawaran yield obligasi sangat kecil,” ujar Anders Faergemann, Senior Fund Manager PineBridge Investments yang berbasis di London melalui email pekan lalu. Menurutnya, tekanan inflasi akan terus meluas.