Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Gunung Sinabung Meletus, Kinerja Ekspor Sumut Trancam

Intensitas erupsi Gunung Sinabung di Karo yang telah terjadi sejak 4 bulan lalu menjadi ancaman tersendiri bagi kinerja ekspor pertanian Sumatera Utara.
Erupsi Gunung Sinabung/Antara
Erupsi Gunung Sinabung/Antara

Bisnis.com, MEDAN - Intensitas erupsi Gunung Sinabung di Karo yang telah terjadi sejak 4 bulan lalu menjadi ancaman tersendiri bagi kinerja ekspor pertanian Sumatera Utara.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut, total nilai ekspor pertanian Sumut selama Januari-November 2013 menurun 12,94% dibandingkan dengan periode yang sama pada 2012.

Pada Januari-November 2013, total nilai ekspor pertanian Sumut mencapai US$2,21 miliar dibandingkan dengan US$2,54 miliar pada periode yang sama 2012. Kendati demikian, total nilai ekspor pada November 2013 yakni US$185,7 juta tumbuh tipis dibandingkan dengan total nilai US$182,33 juta pada Oktober 2013.

Ketua Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI) Sumut Khairul Mahalli menyebutkan intensitas erupsi Gunung Sinabung mengakibatkan ekspor jenis sayur dari Sumut melalui pelabuhan Belawan terganggu karena puluhan ribu hektare lahan pertanian di Karo rusak.

Namun, GPEI Sumut, lanjut Khairul belum dapat memastikan penurunan total nilai ekspor holtikultura Sumut.

"Penurunan ekspor itu pasti, dan harga sayur di dalam negeri menjad tinggi. Namun, buyer mengerti dan tidak memutuskan kontrak, karena itu faktor alam. Kami akan memberikan kompensasi melalui peningkatan produksi ke depannya," ujar Khairul kepada Bisnis, Senin (20/1/2014).

Selain itu, untuk mengantisipasi penurunan pasokan holtikultura untuk ekspor, Khairul mengatakan akan menambah pasokan sayur dari daerah lain seperti Kabanjahe dan Dairi serta melalui bantuan 10 provinsi di Sumatera.

Berdasarkan data Belawan International Container Terminal (BICT), aktivitas ekspor holtikultura Sumut yang dikapalkan melalui TPK BICT terus menurun.

Tercatat, penurunan mulai terjadi pada Oktober 2013. Pada September 2013, BICT mencatat ekspor holtikultura mencapai 9.264 ton, tapi pada Oktober 2013 turun 48,84% menjadi hanya 4.739 ton.

Selanjutnya, pada November 2013, ekspor terus merosot menjadi hanya 4.594 ton atau turun 3,05%. Pada Desember 2013, ekspor semakin anjlok menjadi hanya 3..431 ton atau turun 25,31%.

Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Karo melaporkan, pada Januari 2014, kerugian pertanian telah mencapai Rp712,2 miliar. Kerugian ini merupakan akibat kerusakan 10.406 hektare lahan pertanian dan perkebunan.

Luas lahan rusak meliputi lahan tanaman pangan seluas 1.837 hektare, holtikultura 5.716 hektare, tanaman buah. 1.630 hektare, biofarmaka 1,7 hektare, dan perkebunan 2.856 hektare.

Lahan pertanian yang rusak tersebar di empat kecamatan yakni yaitu Naman Tean, Simpang Empat, Payung dan Tigandreket. Saat ini Pemkab Karo tengah menghitung kerugian di sektor lain seperti perumahan dan permukiman, infrastruktur, ekonomi produktif, sosial budaya dan lintas sektor.

Khairul memaparkan ada tiga komoditas ekspor pertanian yang dipasok 100% dari Karo yakni kol, kentang, dan wortel. Adapun, selama ini, kol diekspor ke Singapura dan Malaysia, kentang ke Belanda, dan wortel ke Jepang. Ada pula lobak yang juga diekspor ke Jepang.

"Kami berharap kondisi ini tidak semakin buruk agar dampaknya terhadap kinerja ekspor Sumut tak bertambah buruk," pungkas Khairul.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper