Bisnis.com, JAKARTA—Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC) meyakini terjadi pergeseran pertumbuhan ekonomi kawasan, didorong oleh naiknya permintaan barang domestik di setiap negara serta peningkatan volume perdagangan danjasa.
Dalam 3 dekade terakhir pertumbuhan ekonomi kawasan didominasi oleh kerja sama perdagangan yang berfokus pada hasil manufaktur dan barang olahan.
“Saat ini sebagian besar produksi dilakukan dengan cara 'buat di sini-jual di sana', dan terintegrasi secara vertikal pada perusahaan besar,” ujar Alan Bollard, Direktur Eksekutif Sekretariat APEC dalam siaran pers, Senin (13/1/2014).
Menurutnya, perubahan pola perdagangan dan investasi serta inisiatif metode perdagangan kawasan yang relatif baru di wilayah perbatasan akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Asia-Pacific.
Bollard mengatakan, perubahan pola pertumbuhan didorong oleh semakin kompleksnya perdagangan barang dan jasa yang bergerak melintasi perbatasan dengan cara e-commerce, sebagai usaha mendapatkan nilai tambah dalam proses supply.
Perubahan pola tersebut, lanjutnya, akan mempengaruhi arah pergerakan ekonomi kawasan dan mekanisme perdagangan lintas batas yang telah disepakati dalam APEC.
Namun, menurutnya, akibat mekanisme supply yang jauh lebih komplek sebagai usaha memberikan nilai tambah, saat ini terjadi peningkatan transaksi perdagangan barang setengah jadi dan rantai pasokan antar industri yang lebih agresif sehingga membantu usaha kecil menengah (UKM) untuk merambah pasar luar negeri.
Dia mencontohkan, mekanisme rantai pasokan iPhone pada Apple Inc merupakan sebuah jaringan rumit yang meluas di seluruh wilayah Asia-Pasifik.
Perusahaan melakukan penelitian-pengembangan dan desain di Amerika Serikat, produksi chip di Malaysia, sensor sidik jari di Taiwan serta kumparan induktor buatan Jepang dan perakitan akhir di lakukan di China.