Bisnis.com, SEOUL—Bank of Korea (BoK), bank sentral Korea Selatan, mempertahankan tingka suku bunga acuan dalam 8 bulan berturut-turut di tengah pelemahan nilai tukar yen yang menjadi kesempatan tersendiri untuk bersaing dengan eksportir dari perusahaan-perusahaan Jepang.
Gubernur BoK Kim Choong Soo dan dewan gubernur lainnya mempertahankan tarif repurchase agreement (Repo) tujuh hari sebesar 2,5% setelah dipotong pada Mei. Keputusan ini tidak sama dengan hasil survei Bloomberg dan prediksi Goldman Sachs Group Inc. yang meyakini suku bunga akan dikurangi.
Pemerintah memperkirakan pertumbuhan ekonomi tahun ini merupakan yang tercepat sejak 2010, hal tersebut terlihat ketika pertumbuhan ekonomi melonjak setelah krisis keuangan global.
Pada saat yang sama Presiden Korsel Park Geun Hye mengatakan bahwa won naik ke level tertinggi dalam 5 tahun terhadap yen sehingga menimbulkan beban pada ekonomi terbesar ke empat di Asia ini.
“Dengan melemahnya yen, tentu saja menimbulkan kekhawatiran, tetapi eksportir besar Korea dirasa cukup kompetitif dan permintaan global akan pulih,” ujar Kwon Young Sun, Ekonom Nomura Holdings Inc. di Hong Kong, Kamis (9/1/2014).
Menurutnya, suku bunga yang dipertahankan oleh BoK sudah sangat kompetitif. Kementerian Keuangan menyebutkan pertumbuhan ekonomi Korsel akan berjalan dengan cepat menjadi 3,9% tahun ini dari 2,8% pada 2013.
Untuk saat ini, pengiriman luar negeri Korsel menggunakan kapal mengalami penurunan sekitar 16% setelah yen mengalami pelemahan terhadap won pada tahun lalu. Ekspor naik 7,1% pada Desember dibandingkan dengan tahun sebelumnya.