Bisnis.com, JAKARTA--Beberapa kasus seperti Gita Wirjawan bermain keyboard dan berkolaborasi dengan Trio Lestari, Jokowi yang membawakan manifesto Slank, dan beberapa tahun lalu Amien Rais membawakan lagu Wakil Rakyat milik Iwan Fals, sudah barang tentu musik adalah lahan ideal untuk menciptakan citra.
Terlebih lagi Dahlan Iskan yang datang ke penayangan perdana film Slank beberapa waktu yang lalu yang bertindak seolah-olah seperti juru bicara Slank.
Melihat fenomena seperti ini, pengamat musik Denny Sakrie menganggap para politisi memanfaatkan musisi tertentu yang secara historis mampu berperan sebagai pengumpul suara karena mereka memiliki jamaah yang kuat, seperti Slank dan Iwan Fals.
“Para politisi ga usah lah terlibat di acara-acara musik dan lainnya, itu namanya rekayasa politik, mereka itu nyolong start kampanye,” katanya saat dihubungi Bisnis belum lama ini.
Masyarakat yang buta dengan politik, dicekoki dengan musik. Hal yang dekat dengan keseharian mereka.
Para politisi mendratamisir keadaaan dengan sambutan-sambutan dan kata-kata indah bermakna baik di televisi, koran, spanduk dan baliho.
Hal ini dilakukan pada waktu tertentu seperti bulan puasa, Lebaran, Iduladha, Hari Ibu dan kasus pemutaran film Slank belum lama ini.
“Padahal ke mana mereka ketika Slank ga boleh manggung di mana-mana, ke mana mareka ketika Slank dicekal? Kenapa baru muncul sekarang menjelang pemilihan umum 2014?” ungkapnya.
Denny menambahkan, janganlah ritual ibadah dan acara media musik disisipi hal-hal yang tendesius berbau kampanye.
Namun di sisi lain, beberapa pemusik dapat menikmati rezeki dari pencitraan macam seperti ini. Menjelang tahun pemilihan, kata Denny, banyak penyanyi yang sudah fully-booked, dan penyanyi dangdut masih menempati posisi puncak.
Musik dangdut merupakan musik yang absolut sebagai medium berkampanye terselubung sembari membagi sembako atau merchandise. Hampir tidak ditemukan kampanye dengan medium jazz atau blues.
Meskipun jamaaah mereka tidak sebesar Slank dan Iwan Fals, tetapi atraksi panggung mereka mampu mengikat dan memikat masyarakat.
“Asal penampilan seksi, goyangnya heboh ya masyarakat suka saja. Karena mereka basic nya suka hiburan. Ya musik dangdut menjadi macam permen yang mengikat anak kecil,” imbuhnya.
Bagi politisi, musik adalah jalan pintas yang mudah dicerna masyarakat daripada janji-janji kalimat politik yang diplomatis.
“Yang dibutuhkan masyarakat adalah hiburan, tetapi untuk mereka memberikan feedback dengan memilih sosok politisi tersebut ya belum tentu,” ujanya.