Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

AS Kutuk Kerusuhan Demo Buruh Garmen Kamboja

Amerika Serikat mengutuk kerusuhan di Kamboja dan mendesak semua pihak menahan diri setelah polisi melepaskan tembakan ke arah pekerja yang mogok dan menewaskan tiga orang.
Ilustrasi/Bisnis.com
Ilustrasi/Bisnis.com

Bisnis.com, WASHINGTON--Amerika Serikat mengutuk kerusuhan di Kamboja dan mendesak semua pihak menahan diri setelah polisi melepaskan tembakan ke arah pekerja yang mogok dan menewaskan tiga orang.

"Kami mengutuk kekerasan sebagai cara untuk mencapai tujuan politik atau yang lain dan mendesak semua pihak agar sepenuhnya menahan diri dan memperlihatkan penghormatan pada ketentuan hukum," kata wanita Juru Bicara Deplu AS Marie Harf, Jumat (3/1/2014)

Bentrokan berdarah, yang menewaskan tiga orang dan membuat beberapa orang lagi cedera, berkecamuk pada Jumat, ketika sebanyak 2.000 pekerja garmen melakukan protes di pinggiran Ibu Kota Kamboja, Phnom Penh.

Itu adalah bentrokan keempat dalam waktu satu pekan antara pihak berwenang dan pemrotes yang menuntut kenaikan gaji.

AS sangat menyesalkan hilangnya nyawa pekerja dan mendesak pekerja, serikat pekerja, dan Pemerintah Kamboja agar bekerjasama ke arah penyelesaian damai silang pendapat ketenaga-kerjaan, kata Harf sebagaimana dilaporkan Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Sabtu (4/1/2014).

AS terlibat dengan pemerintah, pengusaha dan organisasi pekerja mengenai masalah tersebut, tambah wanita juru bicara itu.

Pemerintah Kamboja telah menutup semua pabtrik garmen dan sepatu sejak Rabu pekan lalu (25/12), setelah enam serikat pekerja pro-oposisi memimpin ribuan pekerja untuk mogok guna menuntut pemerintah menaikkan upah minimum bulanan dua kali lipat di sektor garmen jadi 160 dolar dari 80 dolar AS saat ini.

Pemerintah pada Selasa (31/12/2013) memutuskan untuk menaikkan upah minimum di sektor garmen menjadi 100 dolar dari 80 dolar per bulan saat ini. Namun keenam serikat pekerja pro-oposisi menolak tawaran itu dan berikrar akan melanjutkan pemogokan.

Negara Asia Tenggara tersebut memiliki 900 pabrik pakaian jadi dan sepatu yang mempekerjakan tak kurang dari 600.000 pekerja, kata Juru Bicara Kementerian Tenaga Kerja Heng Sour.

Industri itu, penghasil terbesar devisa kerajaan tersebut, menghasilkan devisa sebanyak US$5 miliar setiap tahunnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Rustam Agus
Editor : Rustam Agus
Sumber : Newswire/antara

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper