Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dolar AS Melambung, Pengusaha Sumut Tunda Impor

Pelemahan nilai tukar rupiah tyang mencapai Rp12.000 per dolar AS, mengakibatkan pengusaha Sumatra Utara menunda importasi.
Aktivitas bongkar muat peti kemas terlihat di Pelabuhan Belawan, Medan, Sumut, beberapa waktu lalu./Bisnis-Andi Rambe
Aktivitas bongkar muat peti kemas terlihat di Pelabuhan Belawan, Medan, Sumut, beberapa waktu lalu./Bisnis-Andi Rambe

Bisnis.com, MEDAN - Pelemahan nilai tukar rupiah tyang mencapai Rp12.000 per dolar AS, mengakibatkan pengusaha Sumatra Utara menunda importasi.

Khairul Mahalli, Ketua Gabungan Importir Nasional Seluruh Indonesia (Ginsi) Sumut, mengatakan importir Sumut saat ini tengah menunggu stimulus untuk penguatan nilai tukar rupiah oleh Bank Indonesia dan pemerintah.

"Importir sekarang menunda dulu, banyak mitra kami yang mengalihkan ke Thailand dan Malaysia karena kurs kita terlalu tinggi," ungkapnya kepada Bisnis, Minggu (8/12/2013).

Kurs rupiah, sambungnya, sudah tidak lagi sesuai dengan kontrak yang telah ditandatangani sebelumnya. Pasalnya, biaya kurs yang terlalu tinggi tersebut sebagian besar importir menahan diri terlebih dahulu.

Dia memprediksi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS bisa mencapai Rp15.000 hingga 2014. Menurutnya, stimulus yang dikeluarkan oleh pemerintah masih dalam taraf kebijakan dan belum mencapai implementasi.

Kebijakan itu, kata dia, belum dirasakan oleh secara langsung oleh importir. Implementasi stimulus masih dalam proses di Kementerian Perindustrian dan Kementerian Perdagangan, serta bea cukai.

Untuk menunggu keluarnya surat kurs saja, ucapnya, importir baru mendapatkan selama sepekan. Terlebih jika implementasi stimulus tersebut yang memang membutuhkan proses waktu yang cukup lama.

Sementara itu, dia berharap pemerintah dapat memberikan perlakukan khusus bagi impor barang modal. Kurs bagi impor barang modal diharapkan dapat dilakukan dalam jangka waktu minimum 3 bulan.

"Pemerintah harus memberikan aturan yang jelas agar tidak berubah-ubah. Kami juga harus menjelaskan kepada mitra di luar negeri. Berikan periode kurs per 3 bulan atau 6 bulan," katanya.

Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut melaporkan nilai impor Sumut pada Oktober 2013 melonjak tajam dibandingkan September 2013. 

Tercatat pada September 2013, impor Sumut hanya senilai US$396,194 juta dengan volume sebesar 498.072 ton. Kemudian melonjak hingga 21,24% pada Oktober 2013 menjadi US$480,349 juta dengan volume sebesar 687.119 ton.

Lonjakan impor Sumut didorong oleh tingginya pembelian golongan barang konsumsi sebesar 31,47% dan bahan baku penolong sebesar 31,63%. 

Impor bahan baku penolong pada September 2013 tercatat hanya mencapai US$216,692 juta. Pada Oktober melonjak menjadi US$285,237 juta. 

Begitu pula dengan impor barang konsumsi yang meningkat 31,47% dari US$97,739 juta menjadi US$128,498 juta. Pada periode yang sama, impor barang modal justru anjlok 18,53% dari US$81,763 juta menjadi US$66,614 juta.

Dari 10 golongan barang utama yang diimpor Sumut, tercatat sebanyak 8 golongan mengalami peningkatan dengan lonjakan tertinggi pada 5 golongan mencapai lebih dari 50%.

Impor ampas sisa industri makanan melonjak 86,27% dari US$26,111 juta menjadi US$48,942 juta. Kemudian impor pupuk juga melonjak 78,47% menjadi US$24,474 juta dari sebelumnya US$13,375 juta.

Impor bahan kimia anorganik naik juga melonjak 70,73% dari US$20,300 juta menjadi US$ 34,658 juta. Impor produk gandum-ganduman juga naik 63,54% menjadi US$19,452 juta dari US$11,894 juta. Selain itu, impor berbagai produk kimia juga naik 50,60% dari US$13,375 juta menjadi US$20,143 juta.

Adapun impor bahan bakar mineral juga meningkat 29,65% menjadi US$130,071 juta dari US$100,323 juta. Kenaikan impor juga terjadi pada produk mesin-mesin pesawat listrik sebesar 4,88% menjadi US$30,732 juta dan produk plastik serta barang dari plastik naik 20,19% menjadi US$27,171 juta dari US$22,607 juta.

Sementara itu, untuk neraca perdagangan, Sumut masih surplus sebesar US$377,44 juta. Kendati demikian, angka surplus ini masih lebih rendah 5,03% dari bulan sebelumnya yang mencapai US$397,45 juta.

Surplus terbesar selama periode Januari-Oktober 2013 berturut-turut senilai US$747,62 juta dengan Jepang, senilai US$550,89 juta dengan India, dan senilai US$358,75 juta dengan Amerika Serikat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Sukirno
Editor :

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper