Bisnis.com, MALANG - Gabungan Koperasi Susu Indonesia Jawa Timur (GKSI Jatim) mendesak agar harga beli susu oleh Industri Pengolahan Susu (IPS) naik sebesar Rp6.000 per liter guna mengimbangi tingginya biaya pakan maupun produksi yang ditanggung peternak.
Sulistiyanto, Ketua GKSI Jatim Bidang Usaha, mengatakan dalam pertemuan yang melibatkan IPS, akademisi, dan GKSI yang difasilitasi oleh Kantor Kementerian Perindustrian di Jakarta, Selasa (3/12), pihaknya telah mengusulkan kenaikan harga susu tersebut.
“Kami telah mengusulkan ada penyesuaian harga beli susu minimal Rp5.800-Rp6.000 per liter dari yang ada saat ini Rp4.800-Rp4.900 per liter. Tujuannya agar peternak bisa hidup,” katanya hari ini, Kamis (5/12/2013).
Usulan tersebut mengacu pada kondisi di lapangan jika saat ini biaya produksi utamanya pakan yang ditanggung peternak sudah sedemikian tinggi. Harga konsentrat misalnya berangsur naik dari Rp2.100 per kg menjadi Rp2.800 per kg.
Biaya konsentrat tersebut belum termasuk komponen pakan lainnya utamanya rumput. Selain itu faktor lainnya juga menjadi pemicu yakni kenaikan upah minimum kabupaten/kota (UMK) membuat peternak kesulitan mencari tenaga kerja yang ada di desa.
“Selain itu pertimbangan lainnya harga susu lokal masih jauh di bawah susu impor yang mencapai Rp7.000 per liter,” jelas dia.
GKSI menyadari usulan kenaikan harga susu tersebut pasti akan membuat IPS `gerah`. Namun apa yang dilakukan GKSI tersebut dalam upaya menjaga keberlangsungan produksi susu di tingkat peternak.
Harapannya antara peternak dan IPS bisa berjalan berdampingan. Di satu sisi jika harga susu naik maka kelangsungan produksi di tingkat peternak akan terus terjaga. Di sisi lain kebutuhan susu oleh IPS akan terpenuhi.
Mengingat hingga saat ini produksi susu di Jatim cenderung turun yakni hanya sebesar 900 ton per hari. Atau masih jauh di bawah kebutuhan IPS yang rata-rata mencapai 1.600 ton per hari.
“Dengan harga susu naik maka peternak bisa mengimbangi tingginya biaya produksi,” ujarnya.