Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jabar Alami Deflasi 0,13%

Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Barat menyebutkan indeks harga konsumen gabungan tujuh kota di Jabar selama November 2013 mengalami penurunan sehingga terjadi deflasi 0,13%.

Bisnis.com, BANDUNG — Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Barat menyebutkan indeks harga konsumen gabungan tujuh kota di Jabar selama November 2013 mengalami penurunan sehingga terjadi deflasi 0,13%.

BPS Jabar juga menyebutkan inflasi Januari-November 2013 mencapai 8,74%. Lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2012 sebesar 9,11%.

Kepala BPS Jabar Gema Purwana mengemukakan dari hasil pendataan harga, deflasi selama November dipicu oleh penurunan harga barang dan jasa di sejumlah kelompok.

"Kelompok yang memberikan andil deflasi ditunjukan oleh kelompok bahan makanan sebesar 1,24% dan kelompok sandang 0,18%," ujarnya, Senin (2/12/2013).

Dia menjelaskan lima kelompok pengeluaran lainnya mengalami inflasi antara lain kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 0,20%.

Kemudian, kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar 0,75%. Kelompok kesehatan 0,15%. Pendidikan, rekreasi, dan olahraga 0,03%, dan kelompok tranportasi, komunikasi, dan jasa keuangan 0,06%.

Adapun, kota yang memberikan andil deflasi adalah Kota Bogor 0,42%, Kota Bandung 0,24%, Kota Sukabumi 0,17%, Kota Bekasi dan Kota Tasikmalaya 0,12%.

"Untuk dua kota lainnya mengalami inflasi. Kota Depok sebesar 0,10%, dan Kota Cirebon 0,05%," katanya.

Kabid Bidang Statistik Distribusi BPS Dody Gunawan Yusuf memperkirakan laju inflasi di Jabar hingga akhir tahun tidak akan menyentuh angka dua digit.

Menurut dia, pada siklus akhir tahun, bobot yang memberikan sumbangan inflasi tertinggi terdapat pada emas perhiasan, transportasi, dan rekreasi menjelang akhir tahun.

"Masih jauh untuk sampai angka dua digit laju inflasi akhir tahun ini. Justru yang harus diwaspadai awal tahun, agar tidak terjadi kekurangan pasokan seperti awal tahun 2013," ujarnya.

Dia menjelaskan pada awal tahun mendatang pemerintah harus menjaga agar pasokan barang kebutuhan masyarakat dapat terpenuhi.

"Terutama untuk kebutuhan yang medesak seperti kebutuhan pangan. Mungkin jalan pintasnya, terpaksa harus impor," katanya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper