OREL, Rusia—Seorang pelajar yang menempuh pendidikan di luar negeri harus bersikap waspada dan hati-hati menghadapi bentuk pergaulan bebas di negara lain, yang berbeda budaya dengan Indonesia.
Tata, bukan nama asli, pelajar Indonesia yang kini sedang menempuh kuliah di Rusia, mengatakan bahwa dirinya menghadapi goncangan kebudayaan (culture shock) menjalani hidup di negeri orang.
Di salah satu kota di Rusia, paparnya, dia tinggal di sebuah asrama yang penghuninya campur aduk antara perempuan dan lelaki.
Asrama mahasiswa terletak berdekatan dengan kampus universitas. Dia mengatakan sebagian besar asrama tersebut tidak membedakan jenis kelamin dan semuanya bisa tinggal bersama-sama.
"Kamar sebelahku isinya lelaki, di samping pun lelaki, begitu juga di kamar mandi, WC, dan dapur, sama-sama digunakan laki-laki dan perempuan. Tapi beginilah hidup di sini,” katanya, Sabtu (30/11/2013).
Kejadian seperti ini pun sebenarnya tidak langka jika dijumpai di sejumlah kota besar Indonesia tempat mahasiswa belajar, seperti Yogyakarta, Jakarta, ataupun Bandung, di mana sejumlah rumah kos mengizinkan pria dan wanita bisa tinggal dalam satu atap.
“Tapi disini lebih parah lagi. Anda bisa lihat dari perbedaan budaya. Di asrama sini tinggal mahasiswa dari berbagai negara. Mungkin di Indonesia masih punya malu, tapi disini terang-terangan orang-orangnya,” ungkapnya.
Tata menambahkan, banyak mahasiswa asing yang menyukai seks bebas dan itu merupakan hal yang biasa. Ini bisa dilihat dari perbuatan kecil mereka seperti melakukan ciuman dengan bebas di tempat umum.
Bahkan, cerita Tata, seorang pengurus di asrama tempat dia tinggal pun mengizinkan pasangan laki-laki dan perempuan yang belum menikah untuk tinggal bersama dalam satu kamar.
“Komandan [pengurus] asrama disini pun membolehkan mahasiswa tinggal bersama dalam satu kamar dengan pacarnya di asrama sini,” katanya.
Lain lagi cerita dari Tata. Patrima, seorang pelajar dari Mauritius, Afrika, mengungkapkan bahwa dirinya masih perawan sebelum datang dan menempuh kuliah di Rusia.
Namun, sayangnya, setelah tiba dan tinggal di asrama, dia kehilangan keperawanannya. Patrima memiliki seorang pacar yang berasal dari Kongo, Afrika Tengah.
“Aku tidak bisa mengontrol diriku sendiri disini, karena pacarku terus meminta dan meminta,” kata mahasiswi umur 29 yang kini sedang menempuh magister di Rusia.
Bahkan, dia kadang merasa bahwa pacarnya tidak sungguh-sungguh jatuh cinta dengannya, melainkan hanya untuk kesenangan semata.
Selain itu, lebih lanjut Tata mengungkapkan, banyak mahasiswa asal Afrika yang gila akan pergaulan bebas.
“Seorang temanku dari Maroko bilang, katanya mahasiswa Afrika disini maniak seks. Tapi sebenarnya baik dari Afrika, Eropa, ataupun Asia, toh mereka itu sama saja, tergantung orangnya. Bahkan aku pernah tiba-tiba dicium oleh orang Arab dari Irak di dalam lift saat diriku sedang sendirian. Mereka tak bisa mengontrol diri,” kata Tata.
Tata menuturkan, demi menempuh kuliah di negara lain yang berbeda budaya dengan Indonesia, mahasiswa harus bisa menjaga diri dengan baik. Tidak hanya siap mental dan fisik yang kuat, tetapi juga keimanan yang kuat.
“Jika tidak, anda bisa terjerumus ke dalam pergaulan bebas seperti mereka. Kesenangan sesaat tapi bisa menyesal seumur hidup,” tuturnya.