Bisnis.com, PANGKEP - Wisata karst (penelusuran) Pangkep di Kabupaten Pangkajene & Kepulauan (Pangkep), Sulawesi Selatan, berpotensi menjadi wisata gua terbesar di Indonesia.
Bupati Pangkep Syamsudin A. Hamid mengatakan wisata penelusuran gua di Pangkep menjadi wisata minat khusus yang mulai serius dikembangkan pada tahun ini.
"Karst ini menjadi salah satu kebanggaan pemkab, karena statusnya yang menjadi karst terbesar kedua di dunia setelah China," katanya seusai membuka International Cave Festival di Kabupaten Pangkep, Jumat (4/10/2013).
Karst Pangkep di Kabupaten Pangkep merupakan karst kelas 1 yang memiliki potensi wisata gua, budaya, sejarah, dan pendidikan.
Gua yang tersebar di kawasan karst tersebut mencapai 268 gua, dan 50 di antaranya merupakan gua prasejarah.
"Akan ada beberapa agenda khusus mengenai karst, salah satunya International Cave Festival ini, dan ke depannya akan menjadi agenda tahunan."
Dengan begitu, lanjutnya, pamor Karst Pangkep akan semakin terangkat, dan wisatawan pun semakin banyak berdatangan.
Menurut Syamsudin, kawasan wisata Karst Pangkep akan dikelola lebih serius, dan akan disinergikan dengan wisata lainnya seperti wisata bahari.
"Kami mengundang investor sektor pariwisata untuk ikut menggarapnya, seperti hotel, restoran, dan transportasi," katanya.
Selama ini, bila ada wisatawan yang berkunjung ke Karst Pangkep, menginap di homestay atau tinggal di rumah-rumah warga lokal dengan fasilitas seadanya.
Padahal, lanjutnya, wisatawan nasional dan asing sudah banyak yang berdatangan, seperti rombongan dari Prancis, Swedia, dan Inggris.
Di tempat yang sama, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Pangkep Muhammad Suhufi menambahkan, wisata Karst Pangkep ini mulai diminati sejak tiga tahun terakhir.
"Tahun lalu kami mengawali perkenalan karst ini melalui buku, dan tahun ini melalui festival gua. Dengan cara ini pun, minat wisatawan ke sini sudah besar, apalagi kalau tergarap optimal," paparnya.
Dia yakin, kontribusi pendapatan asli daerah dari sektor pariwisata pun akan meningkat, dari posisi saat ini yang hanya menyumbang Rp100 juta. Itu pun, sebagian besar dari wisata bahari.
Sementara itu, geolog ITB Budi Brahmantyo mengemukakan status ekowisata untuk Karst Pangkep masih belum jelas.
Namun, lanjutnya, potensinya bisa lebih unggul dibandingkan dengan wisata karst Citatah, Kabupaten Bandung Barat.
"Gua karst Pangkep banyak memiliki jejak-jejak purbakala seperti lukisan cap tangan. Di gua-gua di Jawa belum ada ditemukan jejak tersebut," katanya.
Untuk mengembangkan kawasan tersebut, ada dua hal yang perlu diperhatikan oleh Pemkab Pangkep, yaitu akses ke karst, dan fasilitas penunjang wisata.
"Hal terpenting adalah homestay yang nyaman dan bersih, supaya wisatawan betah. Jadi gak perlu ada hotel, kita harus berdayakan warga lokal," katanya.
Selain itu, lanjutnya, pemkab harus menyediakan interpreter atau guide yang berpengetahuan luas, bisa yang berprofesi sebagai geolog atau arkeolog. Di Indonesia, profesi seperti belum ada.