Bisnis.com, MEDAN - Mobil murah yang diklaim ramah lingkungan dinilai akan memicu lonjakan kredit konsumsi perbankan di Medan.
Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Medan Muhammad Ishak mengatakan munculnya mobil murah memberikan peluang bagi masyarakat untuk memiliki kendaraan roda empat.
Namun, mobil murah diperkirakan akan mendongkrak kredit konsumsi di Sumatra Utara.
"Ekonomi akan tumbuh dari sektor kredit konsumsi, tetapi akan lebih bagus lagi kalau pertumbuhannya disumbangkan dari sektor produksi," ungkapnya, Senin (23/9/2013).
Dia mengatakan pada dasarnya pemerintah akan menggalakkan pertumbuhan pada sektor ril untuk pengembangan bisnis. Namun, program pengembangan tersebut menimbulkan dampak negatif berupa lonjakan kredit konsumsi.
Bila pemerintah telah menyetujui penerbitan aturan LCGC, sambungnya, pemerintah sebaiknya memperhatikan aspek-aspek lain. Dia mencontohkan aspek seperti kemacetan di jalan raya akan terjadi apabila masyarakat telah banyak membeli mobil murah.
Untuk itu, kata dia, pemerintah sebaiknya menyiapkan infrastruktur berupa pelebaran jalan agar kemacetan bisa dihindarkan. Pemerintah juga harus memberikan informasi yang mumpuni agar perilaku pengguna jalan dapat lebih baik bila menggunakan kendaraan di jalan raya.
"Tingkat kemacetan akan tinggi. Kalau sudah demikian maka tingkat mobilitas barang juga terhambat. Hal itu akan menyebabkan mobilitas barang dan orng juga semakin terhambat," katanya.
Jika mobilitas terhambat, kata dia, tentu akan menambah biaya bagi transportasi sehingga menimbulkan ekonomi biaya tinggi. Hal itu dipastikan akan mengerek harga barang dan dapat menimbulkan inefisiensi serta tingkat daya saing yang rendah.
Berdasarkan data Bank Indonesia (BI) Kantor Wilayah IX Sumut dan Aceh tercatat total kredit di Sumut mencapai Rp141,89 triliun pada Juli 2013. Jumlah tersebut mengalami peningkatan sebesar 17,65% dibandingkan dengan periode yang sama pada 2012 yang tercatat sebesar Rp120,60 triliun.