Bisnis.com, JAKARTA – Masyarakat di Sumatra harus bersabar mendapat pasokan listrik tambahan menyusul keluhan mengenai pemadamam yang sering terjadi, karena waktu operasional (commercial on date/COD) sejumlah pembangkit listrik tenaga uap harus mundur.
Jarman, Direktur Jenderal Kelistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), mengatakan PLTU Nagan Raya unit 1 yang berada di Aceh direncanakan COD pada November. Sebelumnya, dia menargetkan PLTU berkapasitas 2x115 MW yang tengah dalam masa uji coba (commisioning) itu dapat COD pada pertengahan September ini.
“Harus mundur, karena pada saat dilakukan commisioning ada komponen yang masih harus disesuaikan ,” ujarnya, Sabtu (14/9/2013).
COD PLTU yang juga mundur dari target sebelumnya adalah PLTU Pangkalan Susu di Sumatra Utara. Pembangkit tersebut diperkirakan akan beroperasi pada April 2014. Kedua PLTU tersebut merupakan proyek percepatan (fast track program/FTP I) 10.000 MW. Pembangunan pembangkit dengan bahan bakar batu bara itu diharapkan mampu menahan beban-beban listrik di Sumatra.
Meski demikian, sejumlah proyek FTP I juga berjalan sesuai dengan jadwal seperti PLTU Pelabuhan Ratu yang telah COD untuk unit 1. Pembangkit berkapasitas 3x350 MW tinggal menunggu dua unit lagi pada Oktober dan Desember. Selain itu, kedua unit PLTU Pacitan berdaya 2x315 MW juga telah COD.
Seluruh pembangunan PLTU yang termasuk FTP I menggunakan kontraktor dari China. Jarman mengatakan, beberapa kontraktor memang diperingatkan karena keterlambatan ini. Permasalahan yang dihadapi dalam proyek ini antara lain adalah kendala bahasa dengan kotraktor. Selain itu, masalah pembebasan lahan.
Salah satu lokasi yang bermasalah dalam pembebasan lahan, meski tidak menggunakan kontraktor dari China adalah PLTU Batang.
Keterlambatan COD dari PLTU menyebabkan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) harus memakai bahan bakar minyak (BBM) sebagai pembangkit listrik. Kepala Divisi BBM dan Gas PLN Suryadi Mardjoeki mengatakan jika semua PLTU beroperasi, semua pembangkit listrik tenaga diesel akan dinonaktifkan.
“Per bulan, PLN mengeluarkan Rp970 miliar untuk konsumsi BBM di Aceh dan Sumatera Utara,” ujarnya.
Selain PLTU yang belum selesai, banyak pembangkit yang telah rusak di Sumatra. Pembangkit tersebut antara lain PLTU Labuhan Angin, pembangkitan listrik tenaga gas (PLTG) Belawan, dan PLTU Ombilin. Untuk pembangkit lain seperti pembangkit listrik tenaga air (PLTA) juga tidak berfungsi secara maksimal karena sedang mengalami musim kemarau.
Mengatasi hal itu, PLN melakukan beberapa cara agar Sumatra yaitu membeli listrik dari PT Inalum, membeli listrik dari pembangkit swasta, menyewa genset di Sumatera Bagian Utara sebesar 150MW, membangun pembangkit listrik mini gas (PLTMG), dan menyosialisasikan gerakan hemat listrik.