MADRID - Sektor ekspor menjadi tulang punggung zona euro dalam kenaikan pertumbuhan ekonomi kuartal II/2013, setelah blok mata uang tunggal itu resmi keluar dari resesi 6 kuartal.
Kantor Statistik Uni Eropa di Luksemburg melaporkan produk domestik bruto (PDB) naik 0,3% dari kuartal sebelumnya, sesuai dengan perkiraan para ekonom bulan lalu. Dari tahun lalu, pertumbuhan turun dari level koreksi 0,5%.
European Central Bank (ECB) atau Bank Sentral Eropa memproyeksi adanya kontraksi sebesar 0,6% tahun ini, sebelum kawasan tersebut kembali mencapai pertumbuhan tahun depan.
Laporan lain menunjukkan ekspor naik 1,6% pada kuartal kedua dari 3 bulan sebelumnya, sementara impor meningkat 1,4%. Di sisi lain, belanja konsumen terdongkrak 0,2% dan belanja pemerintah menguat 0,4%.
“Kami masih dalam tahap awal perkembangan setelah resesi berkepanjangan yang telah sangat memukul, terutama di negara pinggiran zona euro,” ujar Robert Wood, ekonom Berenberg Bank di London hari ini, Rabu (4/9/2013) seperti dikutip Bloomberg.
Pertumbuhan, lanjutnya, kemungkinan tidak akan melejit dalam fase yang cukup kuat hingga akhir tahun depan, ketika saatnya sudah tepat untuk mulai memulihkan masalah tingginya pengangguran.
Terbangunnya momentum zona euro juga mendongkrak ekuitas, yang mana indeks Stoxx Europe 600 menguat lebih dari 5% dalam 2 bulan terakhir. Sentimen konsumen juga naik ke rekor tertinggi dalam 2 tahun pada Agustus.
Kendati demikian, rekor pengangguran masih menjadi momok pertumbuhan Eropa. Inflasi juga masih di bawah batasan 2% oleh ECB selama 7 bulan terakhir.
Presiden ECB Mario Draghi pada awal Juli mengatakan ekonomi zona euro harus stabil dan pulih tahun ini, meski dalam fase lambat. Saat itu, Draghi berjanji bank sentral akan mempertahankan suku bunga acuan di rekor terendah 0,5%, menyesuaikan dengan prospek inflasi.