Bisnis.com, MANADO -Nilai ekspor Provinsi Sulawesi Utara per Juli 2013 mencapai US$97,5 juta atau melonjak 216,4% dibandingkan dengan US$30,8 juta pada bulan sebelumnya.
Meskipun demikian, secara kumulatif periode Januari—Juli nilai ekspor dari provinsi tersebut mencapai US$447,4 juta atau turun 32,3% dibandingkan dengan US$660,4 juta secara year on year.
Kepala BPS Sulut Faizal Anwar mengatakan realisasi ekspor di wilayahnya cenderung tidak memiliki pola khusus, sehingga peluang untuk meningkat selalu ada.
"Ada beberapa faktor yang membuat ekspor naik pada periode tersebut, seperti efek dari pergerakan nilai tukar," katanya hari ini, Senin (2/9/2013).
Ekspor Sulut pada periode Januari—Juli 2013 didominasi oleh komoditas industri dengan nilai US$438 juta atau kontribusinya mencapai 98%.
Sisanya, merupakan komoditas pertanian dah hasil tambang sebesar US$8,7 juta atau berkontribusi 2%.
BPS mencatat peningkatan ekspor terbesar pada Juli terjadi pada komoditas lemak dan minyak hewan atau nabati yang naik sekitar US$51,4 juta.
Selanjutnya, disusul pada komoditas daging dan ikan olahan sebesar US$8,1 juta serta ikan dan udang yang mencapai US$4,3 juta.
Apabila dilihat berdasarkan negara tujuan ekspor, selama 7 bulan pertama tahun ini, kegiatan perdagangan dengan Jerman tercatat naik paling tinggi, yakni sebesar US$8,7 juta.
Peningkatan juga terjadi pada ekspor ke Vietnam, Inggris, dan Arab Saudi yang masing-masing sebesar US$8,6 juta, US$7,8 juta, dan US$2,2 juta.
Selain peningkatan, badan statistik pelat merah itu juga mencatat beberapa komoditas yang mengalami penurunan ekspor.
Penurunan tertinggi tercatat untuk komoditas bahan kimia organik sebesar US$1,2 juta.
"Hal yang pasti, neraca perdagangan Sulut tetap surplus, karena realisasi impor pada Juli tercatat sebesar US$14,3 juta," katanya.
Albert Nicholaas, Kabid Statistik Distribusi BPS Provinsi Sulut, mengatakan secara kumulatif nilai impor Sulut periode Januari--Juli 2012 mencapai US$70,5 juta atau turun 2,8% dibandingkan dengan US$72,6 juta secara year on year.
Data BPS mencatat penurunan impor terjadi pada komoditas kapal laut, yakni sebesar US$16,5 juta.
"Impor dari Amerika Serikat turun terbesar pada Juli, yakni senilai US$28 juta. Sedangkan impor dari China naik sebesar US$4,3 juta," ujarnya.