Bisnis.com, JAKARTA – Direktur Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) Christine Lagarde bereaksi tegas atas rencana pengurangan quantitative easing (QE) Federal Reserve Amerika Serikat yang telah memantik volatilitas pasar keuangan global.
Lagarde mendesak para pembuat kebijakan di seluruh dunia untuk bekerja sama lebih erat dalam persiapan menuju akhir dari stimulus bank sentral AS itu. Dia mendorong negara-negara untuk saling bertukar pengaturan antarbank sentral sebagai sebuah instrumen untuk membendung instabilitas.
Dia menjelaskan dampak pasti dari kebijakan moneter luar biasa yang diambil bank sentral besar seperti the Fed atau Bank of Japan masih belum jelas. Akan tetapi, pemerintah dunia harus memahami benar potensi terjadinya spillovers.
Lagarde menyampaikan hal tersebut dalam sebuah catatan pidato yang dipersiapkan untuk konferensi tahunan the Fed di Jackson Hole, Wyoming. Catatan yang dirilis Sabtu (24/8/2013) tersebut mencakup peringatan bahwa sejumlah negara mungkin tidak akan resisten dari dampak pengurangan stimulus yang memantik gejolak finansial itu.
“Kita membutuhkan baris pertahanan lebih jauh; garis pertahanan yang mencerminkan kemandirian, tujuan bersama, dan tanggung jawab bersama bagi ekonomi global,” tegas Lagarde.
Pertukaran antarkebijakan yang dibuat oleh para bank sentral besar pada awal terjadinya krisis, menurut Lagarde, mungkin dapat membantu. Dia mengatakan tugas IMF adalah untuk menyediakan nasehat kebijakan dan dukungan keuangan.
Dampak bagi pemangkasan fase pembelian obligasi bulanan senilai US$85 miliar oleh the Fed mulai bermunculan dalam pasar global.
Negara-negara berkembang telah merasakan pukulan akibat aliran modal keluar (capital outflow), sementara 20 mata uang yang paling bepengaruh di Asia—termasuk rupiah—melemah sekitar 4,4%s dalam 3 bulan terakhir.