Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Akankah Indonesia dan Malaysia Berintegrasi?

Bisnis.com, JAKARTA—Wacana pengintegrasian Indonesia dan Malaysia dengan membentuk negara federasi sebagaimana dilontarkan sejarawan LIPI, Asviwarman Adam masih sulit untuk diwujudkan mengingat Indonesia masih membutuhkan penguatan sebagai negara

Bisnis.com, JAKARTA—Wacana pengintegrasian Indonesia dan Malaysia dengan membentuk negara federasi sebagaimana dilontarkan sejarawan LIPI, Asviwarman Adam masih sulit untuk diwujudkan mengingat Indonesia masih membutuhkan penguatan sebagai negara kesatuan.

Demikian dikemukakan oleh Anggota Komisi I DPR, Hayono Isman dalam diskusi bertema “Kemerdekaan di Daerah Perbatasan” yang diselenggarakan Dewan Perwakilan Daerah (DPD) di Kompleks Parlemen  hari ini, Rabu (21/8/2013). Selain Hayono, turut jadi nara sumber anggota DPD dari Kalimantan Barat, Erma Suryani Ranik dan sosiolog UI, Daisy Indira Yasmine.

Menurut Hayono, pengintegrasian tersebut sulit dilakukan karena sebagai Negara Kesatuan Republik Indonesia masih membutuhkan waktu untuk memperkuat identitas bangsa sebagai negara kesatuan. Selain belum tentu Malaysia setuju, Hayono menilai lebih baik Indonesia terus memperkuat perekonomiannya dulu sehingga pada saatnya negara tetangga yang berkeinginan untuk berintegrasi dengan Indonesia.

Menurutnya, Indonesia berpotensi menjadi negara kuat di dunia dan saat ini menjadi perhitungan di tingkat G-20. Sementara Malaysia, bahkan Singapura tidak masuk ke kelompok tersebut karena potensi kekuatan ekonominya tidak sebesar Indonesia.

Sementara itu, sosiolog Univeristas Indonesia (UI), Daisy Indira Yasmine menilai secara sosiologis wacana itu sulit untuk terwujud karena perbedaan latar belakang ideologi dan etnis pembentuk kedua negara. Dia menilai Malaysia berkukuh sebagai bangsa Melayu yang diklaim sebagai penganut Islam. Sedangkan pada satu sisi orang Indonesia yang juga diklaim  memiliki etnis Melayu tidak semuanya beragama Islam.

Kendati demikian, Daisy mengakui hubungan komplimenter antara kedua negara memiliki potensi besar untuk mendorong perekonomian kedua negara. Hubungan komplimenter tersebut terlihat di wilayah perbatasan karena banyak tenaga kerja Indonesia yang mengambil mamfaat dengan bekerja di Malaysia.

Sebelumnya sejarawan LIPI, Asviwarman Adam menyampaikan gagasan yang dulu pernah dikemukakan pihak Malaysia untuk mengintegrasikan wilayah kedua negara.

Dia menyebutkan seorang tokoh Malaysia bernama Ibrahim Yacoob pernah menggagas penyatuan Malaysia ke Indonesia. Meskipun gagasan itu tidak pernah terwujud, namun pelajaran yang dapat diambil dari peristiwa itu ialah, masih dapat dilakukannya kerja sama positif antara Malaysia dan Indonesia, ujarnya.

Asvi berpendapat kalau kedua negara berintegrasi maka sebagian persoalan tenaga kerja Indonesia akan bisa diselesaikan. Dia menyebutkan kalau pengintegrasian terjadi maka perpindahan tenaga kerja akan menjadi perpindahan antara negara bagian saja dalam konteks federasi.

“Lebih penting lagi, pengintegrasian mendatangan manfaat dan keuntungan bagi kedua belah pihak secara seimbang,” ujarnya pada satu disksui.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Fatkhul Maskur
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper