Bisnis.com, JAKARTA -- Anda kenal siapa Sri Prakash Lohia? Pasti tidak banyak yang tahu. Dia adalah orang kaya nomor enam di Indonesia. Pengusaha ini ternyata keturunan India dan memiliki nilai kekayaan US$3 miliar versi Forbes. Bisnisnya kini telah mendunia hingga ke-19 negara dan terakhir masuk di Negeria.
Lohia lahir di Kolkata pada 11 Agustus 1952 dari pasangan ML Lohia dan Kanchan Devi Lohia. Ia memiliki tiga saudara-Om, Ajey (nama asli Ajay Prakash), dan Aloke (nama asli Alok atau Anil Prakash)-dan satu adik-Aruna
Kekayaan Sri Prakash Lohia dari hasil memproduksi komponen dasar yang digunakan untuk membuat botol plastik. Perusahaannya, Indorama Ventures, adalah pemasok terbesar dunia untuk polyethylene terephthalate (PET) resin. Lohia memimpin perusahaan ini.
Pada Februari 2012 Indorama membeli divisi kimia AS, Old World Industries Inc dan Indorama juga memiliki unit di Nigeria yang sangat menguntungkan. Putranya, Amit, menjalankan bisnis di Indonesia dan Afrika dari Singapura, sedangkan adiknya, Aloke, mengawasi bisnis dari Thailand sebagai CEO-nya. Lohia mengumpulkan buku-buku langka dan litograf.
Bahkan, bisnisnya di Nigeria sangat pentig karena menjadi salah satu penyumbang kekayaan terbesar. Tak ayal ketika dua insinyur yang bekerja di Petrokimi Eleme –miliknya—pada 2007 disandera, Sri Prakash Lohia terbang langsung ke Nigeria dan terlibat langsung dalam negosiasi pembebasan.
“Pertumbuhan kami di sana [Afrika] sangat penting,”? kata Lohia, 60, yang memimpin Indorama Corp dari Singapura, produsen petrokimia seperti poliolefin (resin yang digunakan untuk membuat barang-barang seperti sepatu Croc, senar tenis dan suku cadang mobil).
Lohia pindah ke Nigeria setelah adanya pendekatan dari Presiden Olusegun Obasanjo pada Afrika-Asia Summit 2005. Dia membeli pabrik dari pemerintah yang dilelang sebesar US$225 juta pada 2006. Semula sahamnya 75%, kemudian dipotong menjadi 65%, sedangkan sisanya dimiliki oleh berbagai pihak di Nigeria, termasuk pemerintah.
Pabrik ini dalam bentuk yang menyedihkan ketika diakuisisi, beroperasi hanya sebagian kecil dari kapasitasnya. Tak heran sempat ada keraguan itu bisa berbalik. Tidak terpengaruh, Lohia menutupnya untuk pemeriksaan, perbaikan dan pemeliharaan, Mei 2006. Pada September itu perusahaan kembali beroperasi sesuai kapasitas dan menghasilkan 350.000 ton poliolefin per tahun, sebagian besar dijual di Nigeria tetapi juga diekspor.
“ Kita adalah salah satu kisah sukses swasta terbaik di Nigeria,” kata Lohia bangga, di kantornya di Jakarta. Dia mencatat kebangkitan pabriknya sering dikutip sebagai studi kasus untuk privatisasi oleh lembaga seperti Bank Dunia, International Finance Corp.
Lohia memperkirakan Eleme telah menyelamatkan uang negara Nigeria US$1 miliar untuk impor sejak ia mengambil alih pabrik itu (serta menjadi wajib pajak perusahaan besar). Pabriknya juga menampung 11.000 pekerjaan langsung di pabrik maupun tidak langsung dalam masyarakat sekitar. Lohia mengunjungi pabrik setiap tiga bulan.
Cerita Lohia diawali dari saat keluarganya pergi dari India pada 1974 ke Indonesia. Dipimpin oleh ayahnya, M.L. Lohia, mereka mendirikan sebuah pabrik kecil di Purwakarta, Indonesia, dengan memproduksi benang murah untuk tekstil.
Operasional di Nigeria telah menjadi salah satu bisnis utama yang menyumbang pendapatan US$7 miliar per tahun Indorama Group, yang memiliki 39 pabrik di 19 negara. Lohia mengatakan ia berencana untuk meningkatkan investasi di Eleme, dengan US$2 miliar untuk pupuk dan tanaman metanol pada 2016.
Lahir | 11 Agustus 1952 (umur 61) |
Tempat tinggal | London, UK |
Kewarganegaraan | Indonesia |
Pendidikan | Bachelor of Commerce |
Alma Mater | Universitas Delhi, 1971 |
Pendudukan | Pengusaha |
Organisasi | Indorama Korporasi |
Dikenal | Pendiri dan Ketua Indorama Corporation, dan Ketua Indorama Ventures PCL ( Indorama Korporasi dan Indorama Ventures) |
Kekayaan bersih | $ 3 Miliar (Forbes, 2013) |