Bisnis.com, WELLINGTON - Pemerintah Selandia Baru memperkirakan ekonomi akan terhindar dari kerugian langsung akibat suspensi penjualan beberapa produk susu ke China setelah identifikasi kontaminasi bakteri yang dapat menyebabkan botulisme.
"Sejauh ini, kerugian ekonomi secara langsung ke Selandia Baru sangat terbatas," kata Menteri Perdagangan Tim Groser Rishaad mengatakan kepada Bloomberg Television dalam sebuah wawancara hari ini, Selasa (6/8/2013).
Cina telah memberlakukan larangan impor bubuk whey dan bahan lain yang terbuat dari whey protein konsentrat, setelah Fonterra Cooperative Group Ltd, eksportir susu terbesar di dunia, mengatakan pada 3 Agustus itu telah menemukan kontaminasi dalam batch konsentrat.
Produsen formula bayi Danone dan Abbott Laboratories, yang menggunakan bahan Fonterra atau mengemas susu mereka di lini produksi perusahaan itu, mengatakan mereka telah melakukan penarikan pencegahan.
Fonterra, yang menguasi sekitar sepertiga dari perdagangan produk susu dunia, mengatakan keputusan China tidak diharapkan mempengaruhi lelang produk susu termasuk susu bubuk di GlobalDairyTrade pada hari ini.
"Fonterra yakin produk yang ditawarkan pada GlobalDairyTrade akan memenuhi pemeriksaan tambahan atau persyaratan pengujian yang dapat dikenakan oleh otoritas China," kata perusahaan yang berbasis di Auckland dalam sebuah pernyataan di situs lelang kemarin.
Groser mengatakan tindakan Cina "terukur" dan tidak mempengaruhi produk seperti keseluruhan dan skim susu bubuk, yang mengontribusi 95% pengiriman Selandia Baru ke China.
Pemerintah "sangat sadar" atas sebuah risiko reputasi Selandia Baru sebagai produsen makanan yang aman dan berkualitas tinggi, katanya. Ekspor makanan Selandia Baru lebih dari separuh ekspor tahunan negara Pasifik Selatan itu, yang pada gilirannya menciptakan sekitar 30% produk domestik bruto.
"Kami menjual diri dan citra dan reputasi karena telah menempaatkan makanan berkualitas tinggi pada tabel di seluruh dunia,” kata Groser. "Reputasi itu telah sampai di sana bukan dengan berputar tetapi dengan kelas dunia berkinerja tinggi. Itu masih utuh."