Bisnis.com, JAKARTA - Laporan World Economic Forum 2012-2013 menempatkan Brunei di peringkat 28 dari 144 negara dalam Global Competitiveness, lebih baik daripada negara-negara lain di Asia Tenggara, kecuali Singapura dan Malaysia.
Salah satu faktor yang mengurangi daya saing adalah pasar kecil, di mana negara ini hanya berperingkat 130 dalam kategori ukuran pasar domestik.
Untuk mengatasi masalah ini, seperti dikutip Asian Development Bank dalam laporan Asian Development Outlook 2013, pemerintah sedang membangun transportasi, listrik, dan infrastruktur komunikasi sehingga perusahaan dapat melayani pasar luar negeri.
Brunei juga meliberalisasi perdagangan, investasi, dan tenaga kerja sehingga pekerja asing di sektor swasta mencapai 74% pada 2010.
Negara ini adalah anggota dari Kemitraan Trans-Pasifik, yang mengusulkan liberalisasi perdagangan dan investasi antar anggota. Selain itu, pemerintah telah menurunkan pajak perusahaan menjadi 20% dan menawarkan konsesi dan insentif pajak lainnya.
Brunei naik empat tingkat ke posisi 79 dari 185 negara dalam peringkat Bank Dunia, Doing Business 2013. Ambisi pemerintah Brunei untuk mencapai peringkat 20 akan memerlukan upaya intensif, seperti meng-upgrade pelatihan dan peraturan ketenagakerjaan, mengembangkan pasar modal, dan menyederhanakan prosedur untuk memulai usaha.
Saat ini Brunei masih mengandalkan minyak sebagai sumber pertumbuhan ekonominya, yang tahun ini diprediksi bertumbuh 1,8%, dan 2% pada 2014.