BISNIS.COM, JAKARTA—Dampak kenaikan harga BBM bersubsidi terhadap kenaikan tarif angkutan serta kian liarnya harga bahan pangan menjadi sorotan utama media cetak hari ini, Selasa (25/6/2013) selain soal pasar saham yang masih rawan koreksi dan perkiraan indeks di atas 5.000 pada akhir tahun.
Tarif Angkutan Naik:
Setelah menetapkan kenaikan harga bahan bakar minyak bersubsidi, pemerintah menetapkan kenaikan tarif angkutan rata-rata 15%. Kenaikan yang berlaku bagi angkutan penyeberangan sungai dan angkutan darat itu berlaku sejak Minggu (KOMPAS)
Hati-hati, Pasar Saham Masih Rawan Koreksi:
Pasar saham Indonesia memasuki masa rawan. Kemarin, Indesk Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali turun hingga ke bawah level psikologis 4.500 IHSG melemah 1,9% ke posisi 4.429,46 (KONTAN).
Akhir Tahun, Indeks di Atas 5.000:
Penurunan harga saham lebih disebabkan oleh panic selling. Dari sisi fundamental, kondisi ekonomi Indonesia cukup kuat menghadapi krisis global dan gejolak harga dalam negeri yang dipicu penaikan harga BBM bersubsidi. Laba emiten tahun ini diperkirakan masih bertumbuh 20-22%. Para pelaku pasar optimistis indeks harga saham gabungan di Bursa Efek Indonesia (BEI) akan ditutup pada level di atas 5.000 (INVESTOR DAILY)
Kendalikan Harga Pangan:
Pemerintah harus mengambil langkah-langkah cepat untuk menjaga stabilitas harga pangan sehingga tidak menimbulkan dampak signifikan pada inflasi. Ekspektasi inflasi tinggi bisa menimbulkan kenaikan beban bagi sektor riil dan bisa mengubah secara signifikan target pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 3013 (INDONESIA FINANCE TODAY).