BISNIS.COM, SEMARANG - Pelaku bisnis tour and travel di Jawa Tengah, khususnya biro wisata angkutan darat mulai melakukan penyesuaian tarif perjalanan sekitar 15%, akibat kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) oleh pemerintah beberapa waktu lalu.
Ketua Association Tour and Travel Indonesia (Asita) Jateng Joko Suratno mengatakan secara umum kenaikan harga BBM oleh pemerintah tersebut tidak berdampak pada industri biro perjalanan wisata.
Hal itu karena selama ini sebagian besar masih di dominasi perjalanan wisata dengan armada pesawat yang notabene tidak menggunakan BBM jenis solar ataupun premium.
"Namun untuk sisi transportasi darat tentu ada penyesuaian tarif yang biasa diberikan naik 15% untuk menutup membengkaknya biaya operasional akibat kenaikan BBM itu," tuturnya kepada Bisnis, Senin (24/6).
Dia mencontohkan untuk biaya akomodasi perjalanan wisata dengan angkutan darat yang semula Rp2 juta meningkat minimal Rp2,2 juta, ada kenaikan sekitar 10% namun rata-rata sebesar 15%.
"Untuk sisi konsumsi wisatawan juga ada penyesuaian, akan tetapi tidak begitu berdampak, dan bisa diakali atau disesuaikan jenis makanannya dengan budget yang ada," ujarnya.
Meskipun terjadi kenaikan tarif, pihaknya tetap optiimistis hal tersebut tidak membuat wisatawan mengurungkan niatnya untuk tetap melakukan aktivitas liburan, dan tidak ada semacam pembatalan.
Menurutnya sampai saat ini tidak ada pembatalan dari konsumen gara-gara tarifnya berubah, karena sebagian besar konsumen sudah diberitahukan kemungkinan perubahan kontrak apabila terjadi penaikan BBM oleh pemerintah, meskipun kenaikan penyesuaiannya belum tahu besarannya.
"Bisnis ini kan tidak bisa tiba-tiba merubah tarif begitu saja, karena konsumen biasanya sudah booking jauh-jauh hari, jadi kami beritahukan kemungkinan akan ada penyesuaian tarif apabila BBM jadi naik, dan konsumen pun juga memahamin" tuturnya. (Foto:thetourexpert.eu)
Menurut Joko, penaikan BBM tidak akan begitu berpengaruh terhadap industri pariwisata, asalkan kondusifitas keamanan tetap terjaga serta terus membaiknya perekonomian global.
"Kondisi perekonomian dan keamanan lebih berpengaruh terhadap lesu tidaknya pariwisata," ujarnya.
Bahkan, pihaknya tetap optimistis industri pariwisata di Jateng hingga akhir tahun ini akan lebih baik dan mengalami pertumbuhan sekitar 25% dibandingkan sebelumnya. Hal itu seiring dengan perbaikan sejumlah infrastruktur maupun pembenahan-pembenahan destinasi wisata yang makin baik dan terkenal.