BISNIS.COM, PEKANBARU—Perkebunan kelapa di Riau perlu pembenahan di semua sektor, karena pemanfaatannya baru 18% dari potensi yang ada seluas 598,77 hektare.
Syaiful Hadi, Tenaga Ahli Tim Kerja Pengembangan Industri Pengolahan Kelapa Provinsi Riau, mengatakan produksi kelapa Riau sangat minim padahal luas tanam komoditas ini mencapai 598,776 hektare di empat kabupaten yang ada.
“Terutama potensi kelapa di Inderagiri Hilir, dengan luas tanam 428,75 ha seharusnya petani di sana sejahtera,” kata Syaiful yang juga akademisi Fakultas Pertanian Universitas Riau kepada Bisnis, Rabu (15/5).
Riau memiliki empat kabupaten potensial penghasil kelapa dengan luas tanam terbesar ada di kabupaten Inderagiri Hilir yakni 428,75 ha. Sisanya ada di kabupaten Kepulauan Meranti, Bengkalis dan Pelalawan.
Data dari Badan Koordinasi Penanaman Modal Nasional (BKPM) menujukkan produksi kelapa Riau pada 2010 mencapai 554.690 ton per tahun.
Syaiful mengatakan persoalan kelapa di Riau terjadi dari hulu hingga hilir. Mulai dari intrusi air laut yang sangat besar karena tanggul penahan jebol, lanjutnya, sampai drainase wadah transpotasi pengangkut kelapa banyak yang rusak. Selain itu, tanaman kelapa sudah banyak yang tua.
“Jelas biaya produksi petani sangat mahal, ditambah lagi pasar kelapa untuk industri pengolahan di Inderagiri Hilir cendrung monopoli, makanya petani tidak punya posisi tawar sehingga harga kelapa terjun bebas hingga Rp400 rupiah per butir,” jelasnya.
Syaiful mengatakan ada lima hal yang harus dilakukan untuk mengatasi pesoalan kelapa di Riau, misalnya mempertahankan dan meingkatkan produksi kelapa petani dengan cara penyelamatan kebun kelapa melalui perbaikan tanggul untuk mencegah intrusi air laut.
Selain itu, perbaikan parit sebagai jalur transportasi kelapa, perbaikan infrastruktur seperti jalan, pelabuhan, air dan listrik serta replanting kebun kelapa yang tua dan rusak.
Untuk sektor hilir, lanjutnya, perlu adanya pengembangan pengolahan kelapa yang bisa menghasilkan produk turunan a.l. minyak kelapa, sabut kelapa, briket arang, arang aktif, serta menyediakan akses pasar dan perlunya ketetapan harga pembelian kelapa petani.
“Kita harus bisa memanfaatkan potensi kelapa ini kedepanya, sekarang kita semua serius atau tidak membenahi sektor ini,” katanya. (bas)