BISNIS.COM, BANDUNG--Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Jawa Barat mendorong pramuwisata agar memenuhi standar kualifikasi profesi, untuk menyambut tren pertumbuhan wisatawan asing yang terus naik setiap tahunnya.
Kepala Disparbud Jabar Nunung Sobari mengemukakan salah satu unsur pariwisata yang bersinggungan langsung dengan layanan wisatawan adalah pramuwisata atau pemandu wisata.
Menurutnya, pemandu wisata (tourist guide) harus memiliki standar kualifikasi layanan dan kompetensi yang cukup dalam sikap, pengetahuan, keterampilan teknik, serta memenuhi 10 kode etik kepariwisataan dunia (Global Code of Ethic for Tourism) yang telah diratifikasi.
“Pramuwisata harus mampu memiliki standar kompetensi yang memadai. Dengan adanya ASEAN Mutual Recognition Agreement yang berisi kualifikasi bagi tenaga kerja pariwisata, harus disikapi secara serius menjelang diberlakukannya pada 2015 dan APEC 2020,” katanya kepada Bisnis, Rabu (23/4/2013).
Menurut data Disparbud Jawa Barat kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Jabar pada 2010 sebanyak 498.163 orang, 2011 sebanyak 573.074 orang, dan 2012 mencapai 666.830.
Nunung menegaskan seorang tenaga kerja di bidang pariwisata minimal memiliki 5 faktor kualifikasi yang merujuk Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI).
Kualifikasi itu antara lain pengetahuan, sikap dan keterampilan dalam memandu, memberikan pelayanan penjemputan dan pengantaran wisatawan, serta mengembangkan pengetahuan umum yang diperlukan oleh pramuwisata.
Berdasarkan data dari Dewan Pengembangan Daerah Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Jabar, dari 7 Kabupaten/Kota terdapat sebanyak 296 pramuwisata, dan yang berlisensi HPI sebanyak 236 orang.
Pramuwisata itu tersebar di antaranya di Kota Bandung 106 orang, Kab. Bandung Barat 30 orang, Ciamis 60 orang, Kab. Tasikmalaya 15 orang, Sumedang 25 orang, Kab. Bogor 40 orang, Kota Bogor 20 orang.
Sementara itu, Ketua HPI Jabar Budi Triyono mengatakan keterampilan yang harus ditingkatkan adalah penguasaan bahasa asing, dan berbagai jenis komunikasi.
Menurutnya, selain jalur komunkasi, Jabar juga harus mampu memenuhi paket tour maupun teknologi sesuai dengan permintaan wisatawan.
“Mengenai komunikasi terutama bahasa asing memang sangat berkaitan erat dengan jam terbang pramuwisata. tetapi ini juga perlu dukungan pemerintah untuk memberikan pelatihan terutama kemampuan bahasa dan berkomunikasi,” katanya kepada Bisnis (23/4).
Budi menyebutkan SDM bidang pariwisata harus mampu bersaing dalam standar layanan tinggi.
Menurutnya, pramuwisata bertugas membimbing, menginformasikan dan memberi petunjuk tentang objek wisata dituntut membantu segala sesuatu yang diperlukan wisatawan.
"Pramuwisata berperan sebagai pintu masuk dan agen informasi yang harus mendapatkan perhatian dan pelatihan khusus," tegasnya.