BISNIS.COM, LAMPUNG BARAT - Para taipan diimbau untuk berperan aktif memberantas penggunaan narkotika dan obat terlarang (narkoba) dengan menyisihkan sebagian kekayaannya untuk program rehabilitasi.
Imbauan itu disampaikan Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Komjen Anang Iskandar bersama pengusaha dari Grup Artha Graha Tomy Winata, saat mengunjungi Tambling Wildlife Nature Conservation (TWNC), kawasan konservasi alam yang dikelola Artha Graha Peduli di kawasan pesisir Barat Lampung, Sabtu (16/2).
"Mimpi saya, orang kaya di Indonesia punya kepedulian untuk membantu orang yang terkena narkoba dan untuk sembuh dari narkoba," kata Anang yang diamini Tomy Winata.
Anang berkunjung ke TWNC dalam rangka kerjasama rehabilitasi pengguna narkoba di kawasan terisolir itu. Ia didampingi sejumlah pejabat BNN antara lain Deputi Bidang Rehabilitasi Kusman Suriakusumah, Deputi Bidang Hukum dan Kerjasama Bali Moniaga (mantan Dubes RI di Brasil), serta Mantan Kepala BNN Ahwil Lutan dan Kahumas BNN Sumirat Dwiyanto.
Saat ini, merujuk riset dari Universitas Indonesia, Anang menyebutkan ada sekitar 4,2 juta penduduk Indonesia yang terlibat dengan narkoba. Karena itu, Anang pun menceritakan mimpinya ketika berkunjung ke pusat rehabilitasi pecandu narkoba di San Patrignano, Italia, pada 2009.
San Patrignano adalah pusat pascarehabilitasi komunitas pecandu narkoba yang didirikan oleh kelompok orang kaya di Italia yang beramal untuk memulihkan pengguna narkoba kembali ke masyarakat.
Di kawasan itu terdapat kebun anggur, pabrik wine, peternakan kuda, peternakan anjing, rumah makan, yang semuanya diurus oleh komunitas yang menjalani aktivitas pasca rehabilitasi narkoba tersebut.
Merujuk pengalaman itu, Anang berharap di TWNC nantinya ada kegiatan serupa antara lain kelompok peternakan, pertanian, dan perikanan dengan dibantu konselor serta dokter yang membantu aktivitas pascarehabilitasi narkoba. "Kita akan dorong orang kaya yang punya kekayaan sedikitnya Rp5triliun ke atas untuk membantu rehabilitasi narkoba," ujar Anang.
Menurut catatan BNN merujuk berbagai riset termasuk dari Universitas Indonesia, nilai kerugian dari ancaman narkoba mencapai Rp50 triliun pertahun. Kini bahkan terdapat indikasi pengguna narkoba semakin banyak dengan jaringan kian luas termasuk yang dikembangkan dari dalam penjara.
AJAK PENGUSAHA LAIN
Pengusaha Tomy Winata yang sudah sejak beberapa tahun lalu bekerjasama dengan BNN menyediakan tempat untuk aktivitas pascarehab, menambahkan pihaknya siap menyediakan lahan 300 hektar di kawasan enclave TWNC untuk aktivitas tersebut.
Ia pun juga mengajak pengusaha lain untuk berpartisipasi. "Tempat ini bukan monopoli saya lho. Kalau ada pengusaha lain mau joint [untuk rehabilitas narkoba], silahkan," ujarnya.
Di TWNC sudah tiga kali menerima komunitas pascarehab dengan masing-masing 30 orang, sejak Kepala BNN dijabat Gories Mere.
Menurut Anang, partisipasi swasta sangat penting, mengingat pemerintah hanya mampu rehabilitasi 2000 pecandu narkoba per tahun. Di Lembaga Pemasyarakatan, sekitar 60.000 pecandu narkoba tidak tersentuh rehabilitasi.
"Karena itu perlu ada gerakan masyarakat untuk menumbuhkan tempat-tempat rehabilitasi. Perlu kepedulian dari orang-orang yang punya kemampuan lebih," ujarnya.
Menurut Tomy, jika orang kaya mau peduli menyisihkan 10% saja keuntungannya untuk membantu pemberantasan narkoba, masa depan Indonesia akan lebih baik.
Tetapi, hal itu tidak mudah. "Harus punya perasaan sosial lebih tinggi dari bisnisnya. Harapan saya, paling tidak ada 50 orang tauke di Indonesia punya kepedulian untuk memberantas narkoba," katanya.
Aktivitas BNN belakangan sangat populer menyusul tertangkapnya sejumlah artis yang terlibat narkoba, termasuk kasus terakhir tertangkapnya pesohor Raffi Ahmad dan sejumlah koleganya yang diduga melakukan pesta narkoba di rumahnya.