"HMI itu organisasi dengan kaderisasi terbaik, setelah TNI", begitu kira-kira jargon yang selalu diucapkan kawan-kawan saya.
Jargon tersebut rasanya sah-sah saja kalau melihat sejarah dan kiprah organisasi tersebut. Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) berdiri 5 Februari 1947 dengan Lafran Pane sebagai tokoh utama. Pane merupakan mahasiswa Sekolah Tinggi Islam, sekarang menjadi Universitas Islam Indonesia (UII).
Kini sejumlah kader HMI menjadi tokoh-tokoh yang namanya sering disebut-sebut oleh media massa. HMI selalu tampil dominan sejak diketuai HS Minteraja, Deliah Noer, Ismail Hasan Metareum, Sulastomo, Nurcolish Madjid, Akbar Tanjung, Ridwan Saidi, ataupun Abdullah Hehamahua.
Tak hanya itu, sejumlah kader HMI pun bertebaran di kancah politik di Tanah Air seperti Harry Azhar Azis (Ketua umum PB HMI 1983-1986), Mahfud MD, Anas Urbaningrum, Anis Baswedan, MS Kaban, Bambang Soesatyo, Ferry Mursyidan Baldan dll. Mereka tergabung dalam KAHMI yang kini dipimpin Mahfud MD, terpilih dalam Munas KAHMI ke IX Desember 2012, mengalahkan Anas Urbaningrum.
Malam ini, 5 Februari 2013, mereka akan menghadiri milad HMI ke-66 yang direncanakan dilakukan di JHCC Jakarta. Sejumlah kejadian politik terkini boleh jadi refleksi 66 tahun kiprah organisasi tersebut.
Politik yang dinamis membuat HMI dan KAHMI juga menjadi katalisator dalam beberapa kejadian politik, termasuk salah satunya kekisruhan di partai politik.
Diskursus terkini, terlihat di prahara Partai Demokrat. Nama Anas Urbaningrum kini menjadi 'target' untuk mundur dari jabatannya selaku ketua umum Partai Demokrat. Mayoritas headline media nasional pun memberitakan hal tersebut hari ini.
Anas seakan terjebak dengan pergerakan politik yang terkait elektabilitas Partai Demokrat dan sejumlah kasus korupsi yang melibatkan tokoh-tokoh partai berlogo mercy putih. Apalagi survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) terbaru menunjukkan elektabilitas Partai Demokrat tersisa 8% atau sangat jauh di bawah Golkar dan PDIP.
Para tokoh PD seperti termasuk menteri-menterinya telah memberikan pernyataan. Dan Presiden Yudhoyono dari Mekkah juga memberikan 'sinyal' agar citra partai tak semakin turun.
"Saya memohon kepada KPK untuk, ya bisa segera konklusif dan tuntas. Apa yang dilakukan oleh sejumlah kader Demokrat itu, kalau salah ya kita terima memang salah. Kalau tidak salah maka kami juga ingin tahu kalau itu tidak salah, termasuk Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbanigrum yang juga diperiksa dan dicitrakan publik secara luas di Tanah Air sebagai bersalah atau terlibat dalam korupsi". [Bisnis.com 5/2/2013]
Entah kebetulan atau tidak, kisruh Partai Demokrat & Anas kok bertepatan dengan Milad HMI ke-66.
Mungkin itu pula yang membuat Mahfud MD selaku ketua umum Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) ikut bersuara.
Seperti dikutip dari Antaranews, Mahfud seakan bersikap mendua. Di satu sisi, dia menegaskan urusan Anas merupakan masalah pribadinya, di sisi lain, dukungan moral kepada anggota adalah wajib.
Bagi Mahfud, KAHMI tak ada urusan dengan kasus hukum anggotanya. “Anas itu warga KAHMI dan presidium KAHMI. Tapi kami tidak ikut dalam urusan politik Partai Demokrat dan tidak ikut dalam urusan kasus hukum yang saat ini dikait-kaitkan dengan Anas. Itu bukan urusan KAHMI,” tegasnya, Senin 4/2/2013.
Mahfud yakin walaupun anggota KAHMI saling berbeda partai politik bahkan berseberangan secara politik, namun tidak ada perpecahan di internal KAHMI.
“Saya tidak resah dengan adanya Anas dalam tubuh KAHMI. Itu tidak mempengaruhi kondisi kepengurusan di KAHMI. Kedudukan Anas sama sebagai presidium KAHMI,” kata Mahfud.
Apapun, organisasi sekuat HMI & KAHMI tentu tak akan melupakan jasa para kadernya. Semoga prahara Anas & Partai Demokrat bukanlah menjadi kado pahit bagi ulang tahun HMI, dan bagi para kader, jargonnya tak akan berubah; YAKUSA.. yakin usaha sampai.
(fahmi.achmad@bisnis.co.id)