SEMARANG – Realisasi ekspor Indonesia hingga akhir 2012 diprediksikan hanya mampu mencapai US$190 milliar, lebih rendah dibandingkan 2011 sebesar US$210 milliar, seiring lesunya permintaan dari sejumlah negara tujuan ekspor yang masih terkena krisis ekonomi.
Direktur Fasilitasi Ekspor Impor Direktorat Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan Junaedi mengatakan ekspor Indonesia kesejumlah negara diharapkan hingga akhir tahun ini mampu menyentuh sebesar US$190 milliar.
“Raihan ini kalau terwujud bisa dibilang sudah cukup bagus, karena ditengah kondisi negara tujuan ekspor Indonesia saat ini masih mengalami krisis ekonomi, pasar masih sangat sepi, meskipun beberapa negara sedang tahap pemulihan,” ujarnya, Kamis (20/12/2012).
Pihaknya mengaku akan terus mendorong para pengusaha atau eksportir untuk segera memasuki negara tujuan non tradisional, tanpa menghilangkan negara tradisional tujuan ekspor, seperti Amerika Latin, Timur Tengah, dan Afrika, meskipun saat ini hasilnya masih belum maksimal.
Selain itu, lanjutnya saat ini ekspor Indonesia juga sedikit terganggu dengan adanya sejumlah investigator dari Eropa yang meneliti sejumlah komoditas ekspor, seperti sepeda, steel pan tuner, dan kertas.
“Sepeda buatan salah satu perusahaan yang berdiri di Tangerang, Surabaya dan Tangerang, sedang diragukan keabsahannya, yakni kandungan lokal yang terkandung di dalamnya dicurigai hanya sekitar 5%, masih sangat jauh dari ketentuan,” ujarnya.
Pihaknya berpesan kepada para ekportir, apabila terdapat perusahaan baru yang akan diperiksa, tidak perlu kuatir, karena hal tersebut juga akan menningkatkan harga jual bisa di pelabuhan Tanjung Emas Semarang.
Sekretaris Asosiasi Pertektillan Indonesia (API) Ernovrian G. Ismy mengatakan potensi negara non tradisionl, seperti Afrika dan Amerika Latin sebenarnya memang masih berpeluang cukup tinggi.
Namun, lanjutnya saat ini masih banyak eksportir yang belum maksimal menggarapnya dikarenakan masih kuatir terhadap janji para buyer di luar negeri itu terkait pembayarannnya.
“Eksportir pada intinya tetap memilih buyer atau pembeli yang dapat dipercaya, karena yakin dengan pembayarannya, dari pada buyer yang baru dikenal dalam negara non tradisional seperti Afrika, Timur Tengah, takut melarikan diri tidak membayar,” tuturnya. (k39/dot)