JAKARTA: Kepustakaan Populer Gramedia meluncurkan buku berjudul Kuasa Ramalan-Pangeran Diponegoro dan Akhir Tatanan Lama di Jawa 1785-1855 karya sejarawan Inggris Peter Carey pada hari ini 12 April 2012 di Auditorium Perpustakaan Nasional.
Buku yang merupakan terjemahan dari edisi revisi berbahasa Inggris dengan judul The Power of Prophecy karangan Peter Carey itu untuk pertama kali diterbitkan dalam bahasa Indonesia dengan dukungan Yayasan Arsari Djojohadikusumo (YAD) yang dipimpin Hashim Djojohadikusumo.
Peluncuran buku dibuka oleh Kepala Perpustakaan Nasional Sri Sularsih, dihadiri Ketua YAD Hashim Djojohadikusumo, Direktur Gramedia Pustaka Utama Suwandi S. Brata dan mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Prof Wardiman Djojonegoro serta sejumlah keluarga Diponegoro di antaranya anggota DPRD DKI Jakarta Wanda Hamidah.
Acara peluncuran diisi dengan diskusi buku yang dipandu sejarawan muda Bolnnie Triyana, dengan narasumber penulis buku Peter Carey, sejarawan dari LIPI DR Asvi Warman Adam dan Prof. Dr. Djoko Marihandono dari Universitas Indonesia.
Menurut Peter Carey, Kuasa Ramalan-Pangeran Diponegoro dan Akhir Tatanan Lama di Jawa 1785-1855 ditulis dalam kurun waktu yang panjang, yaitu sekitar 40 tahun.
Menurut Asvi Warman di dalam buku Sanusi Pane Sejarah Indonesia yang diterbitkan pada awal kemerdekaan, ketika Pangeran Mangkubumi dan Diponegoro melihat Tegalrejo yang diserbu dan dibumihanguskan Belanda, Juli 1825, Diponegoro berkata Rumah saya tidak ada lagi.
Pada buku Sagimun MD, Pahlawan Dipanegara Berjuang (1986), disebutkan bahwa “rumah dan mesjid dibakar dengan sewenang-wenang oleh pasukan Belanda yang tidak mengenal perikemanusiaan.”
Peter Carey melihat penyerbuan tentara Belanda yang membakar pemukiman Diponegoro di Tegalrejo dari aspek lain, kerugian yang diderita hilangnya uang 3000 gulden, sejumlah besar padi dan cap pribadi milik diponegoro. Cap ini sudah disiapkan untuk digunakan saat Perang Jawa meletus dan sekarang harus diganti dengan cap baru untuk meresmikan surat “Piagem” untuk panglima perang.
“Informasi yang disampaikan Peter Carey lebih relevan dibanding dua karya penulis Indonesia. Uang dan padi menyangkut pendanaan dan logistik perang,” kata Asvi Warman. (sut)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel