Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

 

SINGARAJA: Rencana perusahaan PT Indonesia Power untuk bekerja sama dengan anak usaha PT Pertamina, Pertagas, membangun terminal liquefied natural gas (LNG) di Provinsi Bali berpotensi molor.
 
Penjanjian usaha patungan antara Pertagas dan Indonesia Power itu adalah untuk trasnportasi dan meregasifikasikan LNG. Kerjasama tersebut merupakan salah satu bagian dari nota kesepahaman proyek pengembangan sistem transportasi dan receiving terminal LNG di kawasan timur Indonesia.
 
Antonius RT Artono, General Manager UBP Bali Indonesia Power,  mengatakan saat ini pembentukan kerjasama membuat perusahaan baru pengelola terminal gas di provinsi Bali ini masih terganjal kepastian suplai gas dari induk PT Pertamina. 
 
"Saat ini proyek masih menyelesaikan feasibility study," katanya saat berkunjung ke PLTG Pemaron, Kota Singaraja, Provinsi Bali, hari ini.
 
Namun, lanjutya, hingga saat ini belum ada kesepakatan melalui kontrak kerja terkait suplai gas. Pertamina hanya memberikan potensi pasokan gas berasal dari Badak NGL di Bontang, Sengkang LNG di Keera Sulawesi Selatan, DSLNG, dan lapangan Tangguh di Papua. 
 
"Ditinjau dari sisi efisiensi dan letak, LNG Badak di Bontang paling memungkinkan," lanjut Antonius.
 
Pada perencanaan regasifikasi, perusahaan patungan yang belum ditentukan namanya itu mampu mengolah gas sebanyak 40 MMscfd. Berdasarkan penghitungan Indonesia Power, gas sebanyak itu akan menghasilkan 160 Megawatt. Untuk menjamin keamanan listrik di Bali,
Indonesia power membutuhkan gas itu selama tiga tahun pertama. 
 
"Indonesia Power menargetkan pembangunan infrastruktur dimulai maksimal pada semester I/2012."
 
Nantinya, sebagian gas yang dihasilkan akan digunakan untuk mengganti bahan bakar solar yang selama ini difungsikan membangkitkan listrik sebesar 106 MW di PLTG di Pesanggaran, Denpasar, Provinsi Bali.
 
Sisanya sebanyak 54 MW didistribsikan ke Kawasan Timur Indonesia. Dalam penggunaan gas, Indonesia power mampu menghemat pemakaian bahan bakar solar hingga 250 juta liter/tahun.
 
Tercatat, seluruh pembangkit listrik di Bali yang diperasikan Indonesia Power masih menggunakan bahan bakar solar. Seperti halnya, pembangkit listrik tenaga diesel di Pesanggaran, Denpasar sebesar total 55 MW, pembangkit listrik tenaga gas/PLTG di Pesanggaran sebesar 106 MW dan PLTG Gilimanuk 130 MW dan PLTG Pemaron 2x40 MW. 
 
"LTG Pemaron masih mengonsumsi 15.000 kiloliter solar/bulan," tutur Antonius.
 
Namun setelah pasokan listrik untuk Provinsi Bali dinyatakan aman dengan berdirinya Bali Crossing, penyediaan gas ini hanya untuk cadangan.  
 
Bali Crossing adalah menara listrik tertinggi di dunia seharga Rp500 miliar itu dibangun setinggi 376 meter. PLN membangun menara itu di Banyuwangi, Jawa Timur, dan Gilimanuk, Bali, untuk memasok listrik Jawa-Bali. (sut)
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Matroji
Editor : Sutarno

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper