Di Jawa Barat, banyak pembangkit tenaga listrik yang telah didirikan. Baik yang bersumber dari air, panas bumi, uap, dan lain-lain.
Sebut saja, Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Saguling, PLTA Cirata, PLTA Jatiluhur. Belum lagi, terdapat Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Kamojang, PLTP Wayang Windu, dan PLTP Darajat, serta sejumlah Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di sejumlah daerah.
Sekilas, keberadaan pembangkit-pembangkit tersebut akan mampu memenuhi kebutuhan energi di Jabar. Akan tetapi, Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Jabar menyebutkan tingkat elektrifikasi di kawasan ini ternyata baru mencapai 69,8%.
Data tersebut menunjukkan kondisi nyata masih banyak warga di Tatar Pasundan ini yang belum mendapatkan pasokan listrik.Kepala Dinas ESDM Jabar Jerry Yanuar mengatakan pemerintah di daerah memang tidak dapat menggantungkan harapan sepenuhnya kepada pemerintah pusat dalam upaya pemenuhan kebutuhan energi di daerah.
Dalam hal ini, pemerintah di daerah pun harus melakukan upaya untuk memenuhi kebutuhan energinya sendiri terutama di pelosok daerah.
Salah satu rincian kerja Dinas ESDM Jabar yaitu bagaimana mengoptimalkan berbagai sumber daya alam di Jabar supaya dapat menghasilkan energi listrik. Salah satunya memanfaatkan aliran sungai yang ada di kawasan ini untuk dijadikan pembangkit listrik tenaga mikrohidro (PLTMH).
Kawasan Jabar merupakan kawasan yang kaya dengan aliran air yang berpotensi mampu menggerakkan turbin untuk menghasilkan listrik.
Beberapa kawasan yang kaya dengan aliran sungai deras itu berada di selatan Jabar seperti Garut, Cianjur, Tasikmalaya, Sukabumi, dan lain-lain. Apalagi, kawasan-kawasan di selatan ini memang masih banyak yang belum terjamah aliran listrik.Selama beberapa tahun terakhir, Dinas ESDM Jabar telah memetakan dan mengkaji sejumlah lokasi yang berpotensi untuk dijadikan sumber tenaga pembangkit listrik.
Beberapa hasil pemetaan dan kajian itu telah memujud dalam bentuk proyek matang PLTMH.
Data Dinas ESDM Jabar menyebutkan sejumlah proyek PLTMH memasuki proses lelang a.l proyek PLTMH di Kab. Bogor senilai Rp855 juta, PLTMH di Kab. Cianjur Rp1,4 miliar, dan PLTMH di Kab. Garut Rp920 juta.
“Kami juga terus memetakan potensi-potensi mikrohidro ke depannya untuk meningkatkan tingkat elektrifikasi di Jabar,” katanya.
Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Jabar, Dinas ESDM Jabar menargetkan target elektrifikasi sebesar 73% pada 2013.
Hal ini tentu membutuhkan percepatan dalam optimalisasi berbagai sumber daya yang dianggap mampu menghasilkan tenaga listrik.
Dalam hal penggarapan mikrohidro ini memang bukan perkara yang mudah sebab pembangunan komplek pembangkit merupakan satu kesatuan sistem.
Penyedia atau pembangun tidak hanya membangun dari sisi pembangkit. Akan tetapi, tentu harus pula membangun jaringan listrik dari pusat pembangkit ke jaringan utama listrik.
Guna mempercepat pemenuhan energi itu pula, Pemprov Jabar menerapkan program Jabar Caang (Jabar terang) yang telah dimulai beberapa waktu lalu.
Pada tahun ini, Pemprov Jabar mengalokasikan dana Rp11 miliar. Pada tahun 2012, nilai anggarannya akan ditingkatkan hingga menjadi Rp20 miliar. “Itu salah satunya untuk membangun jaringan listrik berupa gardu listrik dan infrastruktur lainnya,” katanya.
Akan tetapi, pada realisasinya, pemanfaatan energi mikrohidro di Jabar berjalan lamban meskipun hasil produksi listriknya sudah pasti dibeli oleh PT Perusahaan Listrik Negara (PLN).
Ditemui di tempat terpisah, Humas PT PLN Distribusi Jawa Barat dan Banten (DJBB) Agus Yuswanta mengemukakan sepanjang 2011 ini tidak ada lagi kontrak yang ditandatangani antara PLN dengan pengembang mikrohidro.
Padahal, pemerintah sudah menjamin pembelian listrik dari PLTMH melalui Permen ESDM No.31/2009 tentang Harga Pembelian Listrik dari Energi Terbarukan. Pemerintah membeli listrik dari PLTMH sebesar Rp656/KWh.
Harga pembelian tersebut, jauh lebih murah dibandingkan dengan harga dari pembangkit listrik yang menggunakan bahan bakar minyak yang mencapai Rp2.000/KWh.Data PLN DJBB menyebutkan sebanyak lima PLTMH sudah beroperasi dan memasok listrik ke PLN.
Kelima PLTMH tersebut yaitu Cijedil (3 KW) di Cianjur, Curug Agung di Subang (788), Cinta Mekar (120), Jembelair di Purwakarta (100), dan Cipayung (240).
“Datanya tidak banyak berubah dari 2010 kemarin itu. Posisi kami hanya menunggu dari penyedia mikrohidro,” katanya.