Tetes atau molases adalah cairan kental dari perasan batang tebu yang mengandung sekitar 60% gula yang tidak dapat dikristalisasi menjadi gula pasir.
Menurut Sunarto Prawirosujanto, Ketua Umum Persatuan Pabrik Monosodium Glutamate dan Glutamic Acid Indonesia (P2MI) yang juga mantan Dirjen Farmasi dan Dirjen POM, ketika SD beliau menyaksikan pabrik gula Tasikmadu di Karanganyar membuang tetes ke sawah. Rupanya tangki pabrik tidak sanggup lagi menampung tetes pada musim giling.
Puluhan tahun kemudian, perusahaan Jepang dapat mengolah tetes menjadi penyedap masakan yang nama generiknya natrium glutamat atau dalam bahasa Inggrisnya monosadium glutamate (MSG), yang kemudian populer disebut vetsin.
Banyak isu yang menyebutkan MSG menyebabkan kanker, bloon dan penyakit lainnya. Akhir-akhir ini banyak yang mengaitkan tambahan pangan ini dengan obesitas (kegemukan). Sekalipun demikian, kenyataannya di Amerika, negara yang sangat sensitif terhadap bahaya kanker memasukkan MSG ke dalam daftar pangan generally recognized as safe (GRAS).
Berarti MSG diakui aman untuk dikonsumsi, dengan batas maksimum penggunaan secukupnya, sesuai selera orang yang menggunakannya. Batas maksimum penggunaan tidak dinyatakan dengan angka, sebab selain aman, MSG juga bersifat self-limiting, seperti halnya gula, garam, dan cuka. Lidah akan menolak penggunaan yang berlebihan.
Dengan berdirinya pabrik-pabrik MSG di Indonesia, selain puluhan ribu tenaga kerja dapat ditampung, setiap tahun ekspor MSG ke Jerman, Belanda, Belgia, Australia menghasilkan devisa sekitar US$100 juta setahun. Dalam buku statistik tercatat ekspor MSG pada 2010 adalah US$129 juta.
Lidwina M. Gomulja, Jl. Pulo Nangka Timur 59, Pulogadung, Jakarta