Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sasrabahu vs Sumantri

Seorang pemimpin hakikatnya adalah manusia terpilih. Sosok yang memiliki kelebihan, linuwih, dibandingkan dengan manusia kebanyakan. Tinggi ilmunya, luas wawasannya, tenang, dan jernih hatinya. Ia bisa menepikan ego pribadi demi kepentingan yang lebih

Seorang pemimpin hakikatnya adalah manusia terpilih. Sosok yang memiliki kelebihan, linuwih, dibandingkan dengan manusia kebanyakan. Tinggi ilmunya, luas wawasannya, tenang, dan jernih hatinya. Ia bisa menepikan ego pribadi demi kepentingan yang lebih besar. Ia bisa meletakkan persoalan pada proporsinya, dan tidak mudah terprovokasi oleh isu dan rumor yang sengaja dihembus-hembuskan untuk memanaskan situasi.

Karakter seperti itulah yang mengantarkan Prabu Sri Harjuna Sasrabahu pada kebesaran dan keagungan.

Kocap kacarita, Kerajaan Maespati diselimuti awan kelabu. Bencana datang susul menyusul, pagebluk berjangkit di mana-mana. Para punggawa kerajaan sibuk memupuk kekayaan pribadi dan saling intrik berebut kekuasaan. Negara salah urus, rakyat menderita karena segalanya serbasulit, serbamahal, larang sandang larang pangan. Maespati seperti raksasa tolol penyakitan. Besar tanpa wibawa.

Raja sudah mengeluarkan banyak instruksi, tetapi hanya sebagian saja yang dilaksanakan para punggawa. Maespati berada di jalan buntu dan sedang bergerak menuju negara gagal. Sampai suatu hari turunlah wangsit Dewa, bahwa situasi akan membaik jika Harjuna Sasrabahu menikahi Dewi Citrawati dari Kerajaan Magada. Saat yang sama Raja Magada sedang mencari menantu. Karena pelamar sangat banyak, diadakanlah sayembara. Barangsiapa mampu mengalahkan semua lawan maka dia berhak menyunting Citrawati. Tak kurang seribu raja, pangeran, dan satria ambil bagian dalam kontes kanuragan ini.

Namun Harjuna Sasrabahu tidak segera mengambil keputusan. Dia memang sosok yang perfeksionis, segala persoalan diukur dan ditakar dengan jeli, dipertimbangkan plus minusnya dari semua aspek dan variabel. Padahal dia punya segalanya. Dukungan rakyat yang besar, kesaktian tinggi, ilmu yang luas, dan kepandaian retorika. Kalau dia mau, tidak akan ada yang bisa menghalangi langkahnya menyunting Citrawati.

Di tengah kesibukannya berkalkulasi, Raden Sumantri menghadap. Anak muda dari pertapaan Jati Sarana itu berniat suwita, mengabdi kepada raja. Sasrabahu melihat potensi besar dalam diri anak Resi Suwandani ini. Kesaktian dan kecerdasannya di atas rata-rata. Ada kharisma kuat terpancar dari dirinya, tetapi dia juga melihat ada kepercayaan diri yang berlebihan di balik sikapnya yang santun.

Hal terakhir itulah yang menyebabkan Sasrabahu tidak berkenan. Tapi setelah bermusyawarah dengan patih Suroto, dia memutuskan untuk menerima dengan syarat Sumantri bisa membawa Dewi Citrawati ke Maespati. Ini adalah tugas sekaligus ujian seberapa sakti Sumantri, dan seberapa loyal dia.

Tanpa berpikir panjang Sumantri menyanggupi. Terlebih dulu dia pulang ke Jati Sarana untuk minta restu kepada ayahnya. Resi Suwandani memberi restu dan pesan, bahwa dalam bertindak harus legawa, tulus, dan penuh semangat pengabdian. Senantiasa rendah hati, tidak arogan, adigang, adigung, adiguna.

Di arena sayembara, Sumantri tampil sebagai juara menyisihkan semua pesaing, dan membereskan mereka yang tidak puas dengan panah Naraca Bala.

Dengan penuh kebanggan Sumantri memboyong sang putri, dengan dieluelukan rakyat Magada dan disambut kebanggaan rakyat Maespati. Sorak sorai dukungan rakyat menyebabkan Sumantri melambung ke awang-awang. Menjelang tapal batas kerajaan, di benaknya terbersit ide nakal khas anak muda.

Dia mengirimkan pesan terbuka kepada Harjuna Sasrabahu, bahwa sesuai dengan ketentuan siapa pun yang hendak memiliki Citrawati harus bertarung hingga menjadi satu-satunya pemenang. No pain no gain, begitu yang tersirat dalam pesan Sumantri.

Harjuna Sasrabahu tidak terkejut menerima pesan itu. Firasatnya betul, bahwa sifat over confident anak muda ini akan menjadi masalah. Dia benar-benar marah karena ada anak muda yang berani mengingatkan dirinya secara terbuka.

Kabar perseteruan itu membuat kerajaan dibalut ketidakpastian. Rakyat hanya bisa mengelus dada prihatin. Tapi bagi para punggawa oportunistik, situasi ini adalah momentum untuk meraup keuntungan politik. Mereka pun meniupkan berbagai isu untuk memperuncing hubungan Sasrabahu dan Sumantri.

Tiupan isu dan rumor itu sedikit banyak memengaruhi Sasrabahu, sehingga membuatnya semakin murka. Maka dengan emosi meluap dia menuju perbatasan. Pertarungan pun tak bisa dihindarkan.

Keduanya memiliki kesaktian berimbang. Tapi Sasrabahu adalah titisan Dewa Wisnu, dewa peperangan. Ketika pertarungan tidak kunjung dimenangkan, dia triwikrama berubah bentuk menjadi raksasa yang mengerikan. Sumantri sejatinya juga titisan Wisnu.

Jika mau dia bisa meladeni untuk bertarung hingga titik penghabisan. Tapi pada titik kritis itulah dia merasa pertarungan harus diakhiri, demi kebesaran Maespati dan kemaslahatan rakyat. Dengan menghaturkan sembah dia duduk bersimpuh di depan Sasrabahu.

Kearifan Wisnu

Dalam posisi seperti itu, sekali libas Sumantri akan mati. Tapi kearifan Wisnu membuat Sasrabahu berpikir panjang. Betul bahwa Sumantri bukanlah satria yang sejak awal menjadi pilihannya, tetapi dia memiliki semua potensi yang dibutuhkan untuk menjadi pemimpin sejati pada masa depan. Rakyat pun mendukungnya, dan menganggap peristiwa di tapal batas tidak lebih kenakalan anak muda yang masih di ambang batas kepatutan.

Maka Sasrabahu kembali ke wujud aslinya, dan menerima sembah sungkem Sumantri. Saat itu juga dia mengumumkan Sumantri akan dinobatkan sebagai patih Maespati. Dia akan memberikan kepercayaan penuh kepada Sumantri untuk mengelola manajemen kerajaan, sementara dirinya lebih fokus untuk memikirkan halhal strategis.

Rakyat bersuka cita menyambut datangnya era baru. Para pedagang menyambut antusias karena menyatunya dua kekuatan itu akan menghadirkan stabilitas politik. Yang kecewa adalah para punggawa oportunistik yang gagal mengadu domba keduanya.

Sikap arif Sasrabahu dan sikap kesatria Sumantri telah menyelamatkan Maespati dari kehancuran yang lebih besar. Semangga.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : News Editor
Editor : Mursito

Topik

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper