Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Menjalani nasib jadi pengepul barang bekas

Bagi Nimas Setiawanyang biasa dipanggil Koding , 37, barang bekas adalah bagian dari kehidupannya sehari-hari. Sejak kecil dia sudah akrab dengan limbah seperti rongsokan besi, kuningan, alumunium, kertas, plastik, dan kardus. Ayahnya Icang sejak 1960-an

Bagi Nimas Setiawanyang biasa dipanggil Koding , 37, barang bekas adalah bagian dari kehidupannya sehari-hari. Sejak kecil dia sudah akrab dengan limbah seperti rongsokan besi, kuningan, alumunium, kertas, plastik, dan kardus. Ayahnya Icang sejak 1960-an adalah pengepul barang bekas."Saya meneruskan usaha bapak sejak 3 tahun lalu," kata Koding yang tinggal di Jl. Tole Iskandar, Depok. Icang dikenal sebagai 'pemain' lama untuk barang bekas di Depok. Dia mengumpulkan barang-barang yang "kelihatannya" tak berharga dari orang-orang di sekitarnya dan kadang dari pemulung. Icang kebanyakan 'main' di barang bekas yang 'berbau' kimia seperti latex, tinner bekas dan lainnya."Sekarang bapak cuma mengawasi saja," kata Koding. Usaha Koding kini menampung plastik daun (lembaran), kardus, emberan (plastik bekas minuman, bekas oli dan lainnya di campur). "Kalau banyak dan sejenis dihitung per partai, kalau campuran namanya emberan," kata Koding menjelaskan.Koding mengatakan bahwa dia membeli barang bekas seperti emberan Rp1.700-Rp1.800 per kilogram, dan menjualnya Rp2.200. Bila partai sejenis per kilogram Rp3.000-Rp3.5000 dijual Rp4.000. "Untungnya tidak gede, paling gede Rp500 per kilogram, kalau partaian minimal satu kwintal," katanya.Bagaimana dengan barang bekas jenis logam? Menurut Koding logam dibagi berbagai jenis, seperti besi, ada yang disebut besi padat dan besi potong yang biasa dia beli per kilogram seharga Rp3.000 dan dijualnya Rp3.500. Untuk jenis kuningan lain lagi. Dia beli Rp25.000 per kilogram dan dijualnya Rp28.000. Sementara jenis tembaga dia berani beli Rp60.000 dan dijual Rp65.000 per kilogram. Lain lagi dengan rongsokan bekas minuman kaleng yang harganya lumayan mahal. Koding membeli rongsokan jenis ini per kilogram Rp10.000 yang dijualnya dengan harga Rp12.000 sampai Rp13.000. "Untuk jenis logam memang modalnya lebih gede," kata Koding.Untuk kardus dia beli membeli dengan harga Rp1.600 dan menjualnya Rp1.800, kertas putihan dia beli Rp1.800-Rp1.900 dan menjualnya Rp2.300, kertas koran dia beli Rp1.000-Rp1.200 dan menjualnya Rp1.300-Rp1.400.Dia mengaku untung sekitar Rp300-Rp500 untuk jenis kertas dan kardus, untuk logam bisa untung Rp5.000 per kilogram. Koding mengaku banyak 'pemain' barang bekas di Depok masih ada hubungan keluarga. Untuk itu dia tidak khawatir, karena teman sesama pengepul pun bisa diajak kerja sama. Terkadang Koding menitip uang kepada sesama pedagang barang bekas agar barang bekas yang diperoleh mereka dikirim untuknya. Koding kini mempunyai tiga orang anak buah yang setiap hari membantunya.Bagaimana mendapatkan barang bekas sehari-hari? "Saya beli dari teman atau pemulung, kadang dapat dari pabrik. Dari pemulung barangnya sedikit. Kalau mau rutin dapat dari pemulung, mereka harus diberi modal seperti gerobak, dan untuk keliling mereka diberi modal Rp200.000-Rp300.000 per hari. Dia akan akan menjual barang bekas itu jika sudah banyak, umumnya seminggu sekali, dalam jumlah satu mobil bak terbuka seberat lima kwintal. Untuk kardus sebulan sekali sebanyak satu truk yang berisi 1,5 ton.Koding mengakui yang enak memang 'main' di logam. "Tapi modalnya gede, bisa puluhan juta [rupiah]," katanya. Untuk menampung barang bekas ini, Koding menyiapkan tempat khusus berukuran 5 x 7 meter di rumahnya. Dengan tempat penampungan yang menurut Koding tidak terlalu luas ini, dia mengakui tidak bisa menumpuk terlalu banyak barang. Sehingga paling banyak satu truk sudah harus dijual segera. (msw)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Mursito

Topik

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper