Terkikisnya nasionalisme

Akibat dampak negatif globalisasi, dewasa ini ada kecenderungan melemahnya/terkikisnya rasa nasionalisme. Menurunnya rasa nasionalisme ini dapat dilihat dari adanya berbagai permasalahan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, misalnya banyak orang yang memberikan opini tentang penyelesaian separatis Papua dengan pola pikir masing-masing serta relatif menyudutkan TNI.

Ironisnya, dalam menyikapi persoalan ini ada anak bangsa yang meminta adanya campur tangan pihak asing untuk mengatasi masalah Papua. Peristiwa tersebut menunjukkan betapa rendahnya rasa nasionalisme atau semangat kebangsaan anak bangsa itu. Padahal kita masih mampu dan dapat mengatasi permasalahan-permasalahan yang terjadi di dalam negeri, khususnya masalah Papua.

Begitu juga masyarakat dalam menyampaikan aspirasinya terlihat betapa lunturnya nilai-nilai luhur bangsa ini yang tecermin baik dalam orasinya, spanduk/poster yang dibentangkan maupun tingkah laku yang tidak santun. Pernah terjadi pada suatu peristiwa demonstrasi, mereka menginjak- injak dan membakar gambar/foto presiden yang notabene sebagai lambang negara dan harus dihormati oleh seluruh anak bangsa.

Perilaku lain yang sangat mengkhawatirkan generasi tua atau para orang tua adalah adanya kebiasaan atau budaya yang banyak melanggar norma-norma agama dan sosial pada generasi muda.

Di sisi lain, tidak tepat bila kita hanya memfokuskan permasalahan menurunnya semangat juang atau rasa nasionalisme hanya pada generasi muda, tetapi perlu juga mengingatkan generasi tua untuk memberikan contoh teladan bagi generasi muda dengan bekerja keras dan jujur serta menghormati nilai-nilai kejuangan para pendahulu. Bukan malahan memberi contoh jelek, melakukan korupsi dan perbuatan amoral lainnya.

Kian lunturnya nasionalisme tentu patut menjadi perhatian bagi seluruh elemen masyarakat dan bangsa ini. Sehingga perlu dilakukan langkah-langkah pencegahan terhadap proses erosi dan degradasi rasa kebangsaan tersebut. Karena, bila kondisi ini dibiarkan, tentu akan dapat membahayakan persatuan dan kesatuan bangsa, membahayakan keutuhan wilayah NKRI serta makin melemahkan pemahaman wawasan kebangsaan.

Bertepatan dengan momentum peringatan Hari Kebangkitan Nasional tahun ini, diperlukan pionir-pionir bangsa yang mampu menggugah semangat bangsa untuk bangkit dan mengembalikan semangat serta percaya diri bangsa. Janganlah merasa kita ini sebagai bangsa yang besar kalau kita tidak dapat mengatasi persoalan bangsa ini. Mari kita bangun negeri ini dengan kerja keras, melaksanakan tugas dengan profesional, dan sikap nasionalis yang selalu menggelora, agar asing segan dan menghormati kita.

Yani Andaryani, Teluk Pucung, Bekasi