JAKARTA: Pertumbuhan laba bersih PT Indo Acidatama Tbk, perusahaan ethanol terbesar di Indonesia, melorot 90,9% menjadi Rp967.101 dibandingkan perolehan periode sama 2010 sebesar Rp10,65 juta. Berdasarkan laporan keuangan yang dirilis perseroan, hari ini, kecilnya pertumbuhan laba bersih perseroan tersebut disebabkan oleh tipisnya kenaikan pendapatan perseroan yakni hanya 0,6% menjadi Rp91,76 juta dibandingkan kuartal I/2010 sebesar Rp91,16 juta.Beban pokok penjualan dilaporkan naik sebesar 9,5% menjadi Rp77,47 juta dibandingkan beban periode sama 2010 sebesar Rp70,76 juta. Akibatnya, laba bruto dan laba usaha dilaporkan turun masing-masing 29,9% dan 57,4%. Sebelumnya dalam paparan publik perseroan Senin pekan ini, emiten berkode SRSN itu memproyeksikan perolehan laba sebelum pajak mencapai Rp34,05 miliar sepanjang tahun ini atau melonjak 140% dibandingkan pencapaian 2010 sebesar Rp14,18 miliar.Seiring dengan itu, perseroan memproyeksikan pertumbuhan penjualan mencapai Rp357,06 miliar atau tumbuh 4,1% dibandingkan tahun sebelumnya Rp342,87 miliar. Laba usaha perseroan diproyeksikan meningkat signifikan sebesar 78,8% menjadi Rp41,80 miliar dibandingkan pencapaian pada 2010 sebesar Rp23,38 miliar. Sementara untuk beban pokok penjualan, perseroan berupaya menekannya dengan melakukan efisiensi pada pos penggunaan bahan baku. Dengan begitu, perseroan memproyeksikan beban pokok penjualan hanya naik tipis 0,1% menjadi Rp279,81 miliar dibandingkan tahun sebelumnya Rp275,04 miliar.Direktur Keuangan Indo Acidatama Wong Lucas Yoyok Nurcahya menjelaskan proyeksi tersebut didasarkan pada sejumlah asumsi a.l. turunnya harga bahan baku tetes tebu pada semester II/2011 dan tren kenaikan harga minyak yang akan mengerek harga salah satu produk yakni ethyl asetat. Selain itu, perseroan juga akan fokus melakukan efisiensi penggunaan bahan baku dengan tetap menjaga kualitas produk. "Porsi bahan baku terhadap biaya produksi itu mencapai 60% jadi kami akan menekan itu melalui proses fermentasi sekitar 3%-5%," jelasnya.Menurutnya, tahun ini perseroan tidak akan meningkatkan kapasitas produksinya yang saat ini mencapai 48.650 kl untuk ethanol, sebesar 36.600 ton untuk asam cuka, dan sebesar 7.920 ton untuk ethyl asetat."Tahun ini kami tidak menganggarkan capex untuk investasi, tapi sifatnya hanya perbaikan dan perawatan mesin yaitu sekitar Rp5 miliar per tahunnya yang sumbernya dari kas internal," ujarnya. (bsi)

---

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru