BI/Riil
09-riil-smu-impor otomotif
Oleh Siti Munawaroh
Bisnis Indonesia
JAKARTA : Lonjakan pasar otomotif nasional pada 2010 yang menembur rekor tertinggi, diikuti oleh kenaikan impor kendaraan bermotor dan bagiannya mencapai US$5,25 miliar sepanjang Januari-November, melambung 88,2% dibandingkan dengan periode yang sama 2009.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan impor kendaraan bermotor dan bagiannya tersebut merupakan kelompok barang dengan pos tarif (harmonized system/HS) 87 dan masuk ke dalam 10 golongan barang utama HS dua dijit. Sepanjang Januari-November 2009, nilai impor kendaraan bermotor dan bagiannya sebesar US$2,79 miliar.
Khusus periode November, nilai impor kendaraan bermotor dan bagiannya mencapai US$622,3 juta, lebih tinggi dari bulan sebelumnya yaitu US$505,8 juta. Kendaraan bermotor dan bagiannya merupakan satu dari empat golongan barang yang mengalami peningkatan nilai impor, selain besi dan baja, serealia, bahan kimia organik. Selama November 2010, nilai impor nonmigas Indonesia mencapai US$10,12 miliar.
Impor kendaraan bermotor dan bagiannya sepanjang 11 bulan 2010 memberi peranan sebesar 5,37% terhadap total impor nonmigas Indonesia yang mencapai US$97,8 miliar. Adapun nilai impor 10 golongan barang utama sebesar US$35,11 miliar, termasuk di dalamnya kendaraan bermotor dan bagiannya.
Budi Darmadi, Dirjen Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi Kementerian Perindusrian (Kemenperin) mengakui impor naik karena mengikuti volume produksi kendaraan bermotor di dalam negeri yang meningkat tajam pada tahun lalu.
Otomatis impor naik kalau produksi naik. Untuk peningkatan penggunaan komponen lokal (lokalisasi) saat ini jalan terus, memang tidak bisa 100% karena kita [Indonesia] masuk sistem produksi global di wilayah Asean. Kita sudah login dengan Asean [Asean content], katanya kepada Bisnis, pekan ini.
Budi menuturkan peningkatan impor yang dipicu oleh kegiatan produksi kendaraan bermotor di Tanah Air, semestinya juga diikuti dengan meningkatnya volume ekspor mobil ke pasar global. Namun, pemulihan permintaan di pasar global pada 2010 belum seperti yang diharapkan, sehingga volume ekspor mobil dalam kondisi utuh belum mampu menyamai rekor 2008 sebesar 100.000 unit.
Di satu sisi, ekonomi di dalam negeri telah kembali pulih, permintaan produk otomotif menguat, sehingga produksi yang diserap pasar domestik menjadi lebih besar, ujarnya.
Seiring pulihnya perekonomian nasional, kata Budi, investasi di sektor komponen kendaraan terus masuk di dalam negeri, baik jenis maupun pendalaman struktur industri.
Pohon industri menjadi lebih lengkap terutama untuk kendaraan berkapasitas 1.500 cc ke bawah. Penambahan jenis [komponen] dan pendalaman struktur ini dilakukan oleh pabrik-pabrik perakitan (assembling), tukasnya.
Sementara itu, Ketua I Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Jongkie D. Sugiarto sebelumnya menilai wajar terjadinya peningkatan impor kendaraan bermotor dan bagiannya sepanjang 2010, seiring kondisi pasar otomotif di dalam negeri yang bergairah bahkan mencatat rekor tertingggi.
Itu seiring dengan kenaikan pasar yang memacu kegiatan produksi. Kalau penjualan kita turun, impor akan turun. Ini karena masih ada beberapa bahan baku dan barang [komponen] yang diimpor, katanya.
Ketua Umum Gaikindo Sudirman Maman Rusdi pun menegaskan bahwa kenaikan impor tersebut dipengaruhi oleh meningkatnya kebutuhan komponen kendaraan yang masih dipasok dari luar negeri dalam bentuk terurai (completely
knocked-down/CKD). Selain itu, bertambahnya volume kendaraan yang dimasukkan dalam kondisi utuh (compeletely built-up/CBU) juga memengaruhi kinerja impor sektor otomotif.
Dibandingkan dengan tahun lalu, impor memang meningkat karena produksi tinggi. Kenaikan impor ini sejalan dengan lonjakan produksi karena masih ada CKD yang diimpor, katanya.
Sejumlah komponen kendaraan bermotor yang masih diimpor, seperti electronic control unit (ECU) mobil maupun transmission gear. Komponen-komponen tersebut belum diproduksi di dalam negeri karena belum memenuhi skala ekonomis.
Sudirman menuturkan percepatan proses lokalisasi belum sejalan atau tidak mampu mengimbangi pertumbuhan pasar yang naik cukup signifikan. Dia mengakui industri otomotif nasional saat ini masih bergantung pada bahan baku yang hampir 95%-nya dipasok dari impor. Percepatan dan peningkatan lokalisasi, tegas Sudirman, dapat dipacu kalau bahan baku, khususnya baja, dipenuhi dari produksi di dalam negeri.
Realisasi pasar mobil di pasar domestik sepanjang 2010 menembus 763.415 unit (data sementara), menyusul penjualan pada Desember yang mencapai sebanyak 68.415 unit.
Mengacu data Gaikindo, sepanjang Januari-November 2010, total produksi mobil di dalam negeri mencapai 640.839 unit.
Berdasarkan data BPS, Thailand dan Jepang masih menjadi negara terbesar pemasok kendaraan dan bagiannya ke pasar Indonesia. Untuk impor kendaraan bermotor dan bagiannya (HS 87) dari Thailand sepanjang Januari-November 2010 mencapai US$1,87 miliar.
Adapun dari Jepang untuk barang HS 87 selama 11 bulan 2010 mencapai US$1,57 miliar. Pada periode yang sama, impor kendaraan bermotor dalam bentuk terurai (CKD) dan komponennya (HS 98) dari Negeri Sakura tersebut sebesar US$1,48 miliar.
Impor barang HS 87 dari China selama Januari-November 2010 mencapai US$329,4 juta, dari Singapura sebesar US$188,8 juta, Malaysia sebesar US$128,9 juta, Inggris mencapai US$72,48 juta, dan Jerman menembus US$205,16 juta.