Kabar24.com, JENEWA--WHO memperhitungkan sedikitnya 25.000 orang di Somalia sudah terjangkit wabah kolera dan diperkirakan meningkat dua kali lipat pada musim panas ini.
Ribuan warga di negara yang terancam kembali dilanda kelaparan tersebut terjangkit kolera atau diare parah dari air dan wabah mematikan, seperti dirilis WHO, Jumat (14/4/2017).
Perserikatan Bangsa-Bangsa tengah berupaya untuk menghindari kelaparan terulang di negara Tanduk Afrika tersebut. Somalia yang kini dilanda kekeringan parah pernah kehilangan 50.000 warganya akibat kelaparan pada 2011.
Kolera, yang mewabah di Somalia, adalah penyakit diare parah, yang dapat membunuh dalam hitungan jam jika tidak diobati. Paling rentan adalah anak-anak di bawah ima tahun yang kurang gizi..
Sudah 25.424 orang terjangkit sejak awal tahun ini, kata juru bicara WHO Tarik Jasarevic lewat email seperti dikutip reuters.
Dia menambahkan, angka itu diperkirakan meningkat menjadi 50.000 pada musim panas.
" Angka kematian penyakit itu, yang disebarkan oleh makanan atau air tercemar, sudah 2,1 persen di Somalia, dua kali ambang batas darurat, katanya. Setidak-tidaknya, tercatat 524 kematian.
Somalia kembali terancam kelaparan dan merebaknya wabah kolera yang dipicu kekeringan panjang.
Kolera dapat diobati dengan air minum larutan.
Penderita parah memerlukan pengobatan cepat dengan cairan infus dan antibiotik, kata WHO.
Tingkat kematian di antara orang Somalia terjangkit kolera mencapai 14,1 persen di Juba Tengah dan 5,1 persen di Bakool, kata juru bicara Perserikatan Bangsa-Bangsa Jens Laerke pada jumpa pers.
"Masih ada 2,9 juta orang di tingkat 3 dan 4. Tingkat 4 adalah langkah terakhir sebelum kami menyatakan kelaparan," kata Laerke, mengacu pada peringkat badan dunia itu.
Hampir 3 juta orang berada di tingkat bahaya dan darurat bencana.
Pusat wabah kolera berada di Baidoa, kata David Akopyan, wakil direktur negara Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNDP) untuk Somalia, melalui telepon dari ibu kota, Mogadishu.
Tiga belas dari 18 daerah Somalia terkena dampak dari wabah itu, katanya.
Sekitar 500.000 warga Somalia mengungsi, banyak di antaranya mencari air, serta sekitar 3 juta penggembala kehilangan 70 persen ternak mereka karena kekeringan, katanya.
Akopyan, saat ditanya tentang kelaparan, menjawab, "Kami belum tiba di sana. Ketakutannya adalah bahwa dalam dua bulan ini jika sesuatu tidak meningkat, kita akan sampai pada kondisi itu. Semoga kelaparan dapat dicegah."