Bisnis.com, JAKARTA - Ganjar Pranowo menekankan perencanaan pembangunan yang harus berpihak pada garda terdepan pertahanan dan keamanan negara.
Calon presiden (capres) nomor urut tiga itu menyinggung kebijakan pembelian alat utama sistem senjata (alutsista) bekas yang dilakukan Prabowo Subianto sebagai Menteri Pertahanan (Menhan). Hal itu diungkapkan Ganjar pada momen Debat capres pada Minggu (7/1).
Ganjar mengungkapkan kebijakan impor alutsista bekas mempunyai risiko besar bagi sistem pertahanan dan keamanan nasional, serta keselamatan para prajurit.
“Dalam merencanakan sistem pertahanan kita, tidak boleh gonta-ganti, harus konsisten. Kita musti mendengarkan betul-betul dari seluruh matra, seluruh proses perencanaannya harus bottom up (dari bawah ke atas),” kata Ganjar.
Lebih lanjut Ganjar mengatakan, pihaknya sudah terjun langsung dan bicara dengan semua matra. “Hari ini saya meragukan (perencanaan Menhan) karena saya bicara dengan pilot (Angkatan Udara), saya bicara dengan Angkatan Laut soal permasalahan ini. Perencanaan yang top down membuat seluruh matra hanya menerima saja.”
Ganjar juga menyatakan bahwa dirinya ada bersama dengan TNI. “Saya mendengarkan, saya mampir bertemu di rumah-rumah dan asrama mereka. Saya tidak mau jika mereka mati bertempur sia-sia. Saya tidak rela. Itulah yang saya bela. Perencanaa bottom up adalah yang mereka inginkan.”
Soal keberpihakan kepada TNI dan Polri, Ganjar juga menyinggung soal kesejahteraan. Komitmen itu didukung oleh mantan Panglima TNI, Jenderal (Purn.) Andika Perkasa.
“Mas Ganjar itu anak polisi berpangkat rendah. Beliau sangat paham permasalah kesejahteraan aparat. Jaminan kebutuhan dasar prajurit dan keluarga yang lebih berkualitas dan beasiswa khusus untuk anak-anak bintara dan tamtama POLRI maupun TNI melalui Program Kuliah Gratis Anak TNI dan POLRI ada dalam perencanaan beliau,” jelas jenderal bintang empat itu.
Debat selanjutnya adalah debat calon wakil presiden yang akan dilaksanakan pada tanggal 21 Januari 2024.