Bisnis.com, JAKARTA - Ada kemungkinan Presiden Rusia Vladimir Putin memusatkan perhatian ke senjata nuklir setelah Ukraina mempermalukannya dengan menjatuhkan rudal hipersonik Kinzhal yang dianggap 'tak terhentikan' itu.
Kelemahan rudal Kinzhal makin terlihat jelas terbukti dengan Ukraina yang mengumumkan bahwa mereka telah menembak jatuh enam rudal hipersonik itu.
Sementara kepala staf Komando Pertahanan Luar Angkasa dan Rudal Angkatan Darat AS Kevin Ryan mengatakan itu berarti kemenangan yang menentukan bagi Rusia semakin jauh dari jangkauannya.
Ryan memperingatkan bahwa jika Putin tidak bisa meraih kemenangan dengan senjata konvensional, Putin mungkin akan beralih ke senjata nuklir'.
"Putin kehabisan cara untuk meningkatkan perang dengan cara yang akan memaksa Ukraina - dan Barat - mundur," kata Ryan.
Adapun Rusia telah kehilangan sekitar 197.000 tentara sejak perang dimulai serta ribuan kendaraan militer Rusia termasuk tank dan kendaraan pengangkut infanteri.
“Pasukan konvensional (non-nuklir) Rusia sudah menunjukkan diri mereka tidak mampu melakukan tugas di Ukraina. Itulah mengapa Putin sangat bergantung pada ancaman nuklir," kata Ryan.
Menurut laporan Ukraina, sistem pertahanan udaranya yang kuat, terdiri dari platform era Soviet dan yang dipasok Barat, berhasil menembak jatuh 18 rudal Moskow, enam di antaranya dilaporkan rudal hipersonik 'Kinzhal'.
Ini adalah pertama kalinya Ukraina mengklaim telah menyerang seluruh rangkaian rudal Kinzhal, dan jika dikonfirmasi, akan menjadi demonstrasi keefektifan pertahanan udara milik Barat yang baru dikerahkan.
Diketahui Rudal hipersonik Kinzhal sepanjang 24 kaki dapat membawa hulu ledak konvensional atau nuklir dan disebut-sebut oleh Putin pada tahun 2018 sebagai 'tak terhentikan'.
Kinzhal dapat ditembakkan dari pesawat tempur MiG-31, Tu-160 atau Tu-22M3M, dan telah digunakan oleh Moskow dalam perang.
Rudal ini memiliki jangkauan 1.250 mil dan versi konvensionalnya dikerahkan untuk pertama kalinya melawan Ukraina pada Maret 2022.