Bisnis.com, JAKARTA - Hong Kong membuang 200 kilogram buah mangga yang diimpor dari Taiwan setelah ditemukan jejak virus corona pada kulit salah satu buahnya.
Melansir dari Bloomberg pada Kamis (7/7/2022), langkah ini merupakan bagian dari upaya pusat keuangan Asia tersebut untuk mencegah risiko infeksi luar di saat tengah mencoba menahan wabah Covid-19 yang berkembang, meskipun masih kurang bukti ilmiah bahwa produk tersebut berbahaya bagi manusia.
Distributor langsung diperintahkan untuk membuang buah yang sudah sampai di toko setelah Pusat Keamanan Pangan Hong Kong mendapatkan hasil dari pengujian pengawasan atas pengiriman 200 kilogram.
Distibutor mengakui kasus ini langka terjadi dan mengatakan dalam pernyataan yang sama bahwa Covid-19 sebagian besar ditularkan melalui tetesan dan tidak dapat berkembang biak dalam makanan atau kemasan makanan.
Dewan Pertanian Taiwan menanggapi hal itu dengan mengatakan tindakan itu tidak ilmiah dan menyerukan kota itu untuk mengadopsi langkah-langkah yang sejalan dengan norma-norma internasional.
“Ini adalah paksaan ekonomi dalam penyamaran yang aneh dan tidak meyakinkan. Setelah produk perikanan #Taiwan, sekarang mangga kami positif #COVID19. Tapi di mana mereka menemukan hidung buah untuk melakukan PCR? JW,” tulis Kementerian Luar Negeri, ROC (Taiwan) di akun Twitter resmi, dilansir pada Kamis (7/7/2022).
Baca Juga
Sementara itu, Macau, yang mengalami wabah pandemi terburuk, menghancurkan dua batch mangga Taiwan dalam sepekan terakhir setelah hasil pengujian serupa. Kota-kota dan daratan China, yang mengambil pendekatan tanpa toleransi terhadap virus, adalah satu-satunya tempat di dunia yang memperlakukan sampel dari makanan atau benda lain sebagai sumber infeksi.
Kementerian Luar Negeri Taiwan mengkritik Makau dalam sebuah tweet, mempertanyakan bagaimana otoritas kota melakukan pengujian pada buah tersebut.
“Penarikan tersebut menambah tahun yang menantang bagi petani mangga di Taiwan, yang menghadapi penurunan produksi 47 persen yang diperkirakan ke level terendah sejak 1997 karena panen yang tidak merata, suhu rendah, curah hujan dan penyakit,” kata Dewan Pertanian Taiwan.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan otoritas keamanan pangan luar negeri menyatakan bahwa tidak mungkin virus itu dapat ditularkan ke manusia melalui konsumsi makanan.
Tindakan serupa juga pernah diambil di China. Mereka telah menolak makanan dan barang-barang lain dari seluruh dunia setelah pengujian menunjukkan tanda-tanda adanya virus.