Bisnis.com, JAKARTA – Majelis Ulama Indonesia (MUI) memberikan saran kepada pemerintah terkait tradisi mudik yang dinilai membawa berbagai dampak.
Ketua MUI Bidang Dakwah dan Ukhuwah KH Cholil Nafis dan Sekjen MUI Buya Amirsyah Tambunan dalam taushiyahnya menyebut Indonesia sebagai negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia menjadi sorotan tatkala melakukan tradisi mudik, khususnya menjelang Idulfitri.
“Tidak semua negara di belahan dunia memilikinya, oleh karenanya Indoneaia menjadi perhatian dunia. Tradisi mudik lebaran memiliki multi efek berupa ekonomi, budaya, hingga keagaamaan,” ujar Cholil dan Amirsyah dalam taushiyah, dikutip dari laman resmi MUI, Senin (2/5/2022).
MUI menyarankan agar pemerintah memfasilitasi penyelenggaraan perjalanan arus mudik dan arus balik Lebaran, antaralain dengan fasilitas infrastruktur yang memadai dan sistem keamanan yang maksimal.
Lebih lanjut, pihak MUI juga meminta para penyedia jasa transportasi massal untuk menjami kelayakan moda transportasi, serta tidak menaikkan tarif agar tidak menyulitkan penumpang.
“Semua pihak hendaknya juga tetap mematuhi peraturan lalu lintas, dengan mengimplementasikan akhlakul karimah,” jelasnya.
Baca Juga
Para pemudik juga dianjurkan untuk saling bertenggang rasa dan menghormati sesama pengguna jalan saat mudik agar terhindar dari hal yang kontraproduktif dengan hari raya yang penuh keberkahan dan kebahagiaan.
Pasalnya, momentum perayaan Idulfitri seharusnya bisa memperkuat spirit keislaman dan juga mental kebangsaan.
MUI beranggapan, kedua aspek tersebut menjadi upaya untuk saling menguatkan, saling menyayangi (tarahum) dan berbagi kebahagiaan dengan sanak saudara dan kerabat tanpa membeda-bedakan suku bangsa dan agama.
Perayaan Idulfitri semestinya bisa menjadi implementasi Islam sebagai rahmat seluruh alam, semangat untuk kembali ke fitrah diri (fithrah syakhshiyah), dan fitrah kebangsaan (fithrah wathaniyah).