Bisnis.com, JAKARTA - Para penonton hingga pembalap MotoGP harus melewati Bandar Udara Internasional Lombok Zainuddin Abdul Madjid sebelum mencapai sirkuit Mandalika, Nusa Tenggara Barat (NTB).
Lantas, siapa Zainuddin Abdul Madjid yang menjadi nama bandara itu?
Tuan Guru Kiyai Haji (TGKH) Muhammad Zainuddin Abdul Madjid adalah salah satu ulama besar yang ditetapkan oleh Presiden Joko Widodo sebagai pahlawan nasional pada 2017.
Dikutip dari laman resmi NWDI, Zainuddin Abdul Madjid adalah pria kelahiran kampung Bermi Pancor pada tanggal 19 April 1908. Nama kecilnya ialah Muhammad Syaggaf dan setelah menunaikan ibadah haji berganti menjadi Muhammad Zainuddin Abdul Majid.
Pada 1934, sepulang dari mekkah dia mendirikan sebuah pesantren yang namanya kental dengan perjuangan bernama Al-Mujahidin (para pejuang).
Perhatian kepada situasi Lombok saat itu yang masih berjuang melawan penjajah mendoronnya mendirikan sebuah madrasah Nahdlatul Wathan Diniyah Islamiyah (NWDI) dua tahun setelah mendirikan pesantren.
Baca Juga
Tujuh tahun kemudian, sekira April 1943, dia mendirikan madrasah perempuan pertama. Sekolah/madrasah ini dinamakan Nahdlatul Banat Diniyah Islamiya. Ini merupakan semangat pendidikan emansipatoris agar kaum perempuan, sebagaimana kaum laki-laki, juga bangkit memajukan ummat, negeri dan tanah air seperti nama organisasi kemasyarakat yang beliau dirikan yaitu Kebangkitan Tanah Air (Nahdlatul Wathan)
Pada zaman penjajahan, Zainuddin Abdul Madjid juga menjadikan madrasah NWDI dan NBDI sebagai pusat pergerakan kemerdekaan, tempat menggembleng patriot-patriot bangsa yang siap bertempur melawan dan mengusir penjajah.
Bahkan, Zainuddin Abdul Majid bersama guru-guru Madrasah NWDI-NBDI membentuk suatu gerakan yang diberi nama “Gerakan al-Mujahidin”.
Gerakan al-Mujahidin ini bergabung dengan gerakan-gerakan rakyat lainnya di Pulau Lombok untuk bersama-sama membela dan mempertahankan kemerdekaan dan keutuhan Bangsa Indonesia. Dan pada tanggal 7 Juli 1946, TGH.
Muhammad Faizal Abdul Majid adik kandung Maulana al-Syaikh TGKH, Muhammad Zainuddin Abdul Madjid memimpin penyerbuan tanksi militer NICA di Selong. Namun, dalam penyerbuan ini gugurlah TGH Muhammad Faisal Abdul Madjid bersama dua orang santri NWDI sebagai Syuhada’ sekaligus sebagai pencipta dan penghias Taman Makam Pahlawan Rinjani Selong, Lombok Timur.
Pada tahun 1953, Zainuddin Abdul Madjid mendirikan sebuah organisasi islam bernama Nahdlatul Wathan. Melalui organisasi ini dia memberikan pengaruh yang amat besar terutama perkembangan dunia pendidikan di Lombok.
Nama Nahdlatul Wathan pada perkembangannya menjadi tarekat hizib nahdlatul wathan. Tarekat mengimplementasikan tradisi keagamaan yang berbasis Ahlussunnah Wal Jamaah yang mengajarkan islam yang moderat.
Zainuddin Abdul Madjid wafat pada 21 Oktober 1997 di usia ke-99 tahun menurut kalender Masehi, atau usia 102 tahun menurut Hijriah.
Sang ulama karismatis, Tuan Guru Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid, berpulang ke rahmatullah sekitar pukul 19.53 WITA di kediamannya di Bermi Pancor, Lombok Timur.
Pada tanggal 6 November 2017 berdasarkan surat Keputusan Presiden RI No. 115/TK/Tahun 2017 Muhammad Zainuddin Abdul Majid dianugrahi gelar Pahlawan Nasional oleh Jokowi.