Bisnis.com, JAKARTA -- Menteri Pertahanan Prabowo Subianto menegaskan bahwa peran ilmuwan merupakan sosok yang berada di garis depan pembangunan bangsa.
Hal ini disampaikannya saat mengunjungi Universitas Gadjah Mada (UGM) di Yogyakarta dalam rangka menandatangani kesepakatan kerja sama tentang penyelenggaraan kegiatan pendidikan, penelitian dan teknologi yang mendukung pertahanan negara.
“Ekonomi akan kuat kalau industri kuat. Industri kita kuat kalau teknologi kita kuat. Pertahanan kita akan kuat kalau teknologi kita kuat dan negara akan kuat kalau pertahanan kuat," ujarnya dikutip melalui rilisnya, Sabtu (5/2/2022).
Prabowo mengatakan alasan para ilmuwan berada di garis depan pembangunan bangsa, sebab peran para akademisi dalam mengembangkan teknologi sangat dibutuhkan, terutama dalam rangka memperkuat pertahanan negara.
"Jadi semua ini mata rantai. Kalau ekonomi kuat industri harus kuat. Industri butuh teknologi. Teknologi akan menghasilkan pertahanan kuat. Pertahanan kuat akan menjamin negara kuat dan makmur,” katanya.
Prabowo pun meminta kepada para akademisi untuk terus mengembangkan teknologi, dan kampus dalam hal ini adalah ujung tombaknya.
"Kita harus jaga kekayaan negara kita dan kita mengandalkan kampus, cendekiawan kita. Para teknokrat, teknolog, ilmuwan berada di garis depan dalam rangka pembangunan bangsa. Karena itu saya datang ke sini," ujarnya.
Selama berada di Kampus UGM, Prabowo juga menyaksikan beberapa inovasi dari UGM, di antaranya adalah pesawat tanpa awak atau UAV Fiachra Aeromapper, UAV Amphibi Gama V2, Rudal Pasopati Rocket Assisted Take-Off, drone Palapa S-1, dan Geospatial Artificial Intelligence (GEOAI) untuk bidang pertahanan dan keamanan.
Beberapa inovasi di bidang pertahanan yang ditampilkan oleh UGM di antaranya adalah pesawat tanpa awak atau UAV Fiachra Aeromapper, UAV Amphibi Gama V2, Rudal Pasopati Rocket Assisted Take-Off, Drone Palapa S-1, dan Geospatial Artificial Intelligence (GEOAI) untuk bidang pertahanan dan keamanan.
Azhar Aulia Rasidin, mahasiswa Teknik Mesin UGM angkatan 2017 yang ikut mengembangkan Drone Palapa S-1 mengatakan bahwa pesawat nirawak itu berfungsi untuk pemantauan (surveillance). Drone yang memiliki daya jelajah sekitar 500 kilometer dalam waktu enam jam dan dapat mencapai ketinggian 1 kilometer ini dikembangkan sejak 2021 oleh Tim Force UGM.
“Itu untuk pemantauan wilayah misal kebakaran hutan. Kelebihannya yang paling menonjol dari drone ini adalah kemampuan take off langsung vertikal. Jadi bisa langsung mencapai ketinggian yang kita mau terus langsung bergerak maju. Langsung dari sana," kata Azhar.
Tidak hanya itu, dia menjelaskan untuk kebutuhan pertahanan teknologi tersebut dapat diadaptasi di daerah perbatasan, di mana gunanya untuk memantau daerah perbatasan, apabila ada sesuatu yang mencurigakan bisa segera dilaporkan.
Sementara itu, Ditya Farhaz (21) mahasiswa Fakultas Teknik Mesin UGM angkatan 2019 yang ikut mengembangkan Rudal Pasopati mengatakan bahwa rudal ini mampu menargetkan sasaran rendah dan tidak terdeteksi oleh radar.
"Sebagai penarget sasaran diam untuk ketinggian rendah agar tidak terdeteksi oleh radar," kata Ditya.
Dia menjelaskan rudal ini telah diriset oleh mahasiswa UGM sejak 2016-2017 dengan hasil dapat ditempuh jarak terbang sekitar 5 kilometer dengan maksimal speed 130 kilometer per jam dengan ketinggian 100 meter.
UGM juga memaparkan beberapa inovasi di bidang lainnya seperti kesehatan, pangan, dan rekayasa digital untuk pendeteksian bencana.