Cari berita
Bisnis.com

Konten Premium

Bisnis Plus bisnismuda Koran Bisnis Indonesia tokotbisnis Epaper Bisnis Indonesia Konten Interaktif Bisnis Indonesia Group Bisnis Grafik bisnis tv

Studi Copernicus: 2021 Disebut Jadi Tahun Terpanas

Pada tahun lalu, suhu rata-rata daratan pada Juni-Agustus memang mencapai yang tertinggi. Namun peristiwa La Niña, yang merupakan pola pendinginan sesekali di Samudra Pasifik, tiba pada Oktober dan menyebabkan suhu turun.
Nindya Aldila
Nindya Aldila - Bisnis.com 05 Januari 2022  |  09:50 WIB
Studi Copernicus: 2021 Disebut Jadi Tahun Terpanas
Gas rumah kaca. - Ilustrasi

Bisnis.com, JAKARTA - Tahun 2021 menjadi tahun terpanas kelima sejak 1979 dalam rekor yang dicatat oleh Copernicus Climate Change Service dari Uni Eropa.

Dilansir Bloomberg pada Rabu (5/1/2022), temuan tersebut dipublikasikan oleh ilmuwan iklim Zeke Hausfather melalui Twitter. Copernicus bakal merilis hasil lengkapnya akhir bulan ini.

Sementara itu, data suhu global tambahan akan dirilis dari NASA, NOAA, Badan Meteorologi Inggris Met Office, dan Berkeley Earth, yang mengacu pada catatan yang berasal dari abad ke-19.

Hausfather, peneliti Berkley Earth, mengatakan dalam email bahwa sumber data lain tersebut akan menunjukkan bahwa 2021 berada di peringkat antara lima dan tujuh terpanas..

Pada tahun lalu, suhu rata-rata daratan pada Juni-Agustus memang mencapai yang tertinggi. Namun peristiwa La Niña, yang merupakan pola pendinginan sesekali di Samudra Pasifik, tiba pada Oktober dan menyebabkan suhu turun.

Pola itu membuat musim dingin lebih ringan di AS bagian selatan sekaligus menjadi penyebab banjir di Indonesia dan Australia.

Kondisi tersebut cukup untuk mendorong suhu rata-rata 2021 turun mendekati 2018 dan 2015, menurut analisis Hausfather terhadap data Copernicus.

Tujuh tahun terakhir adalah rekor terpanas. Selain itu, data tersebut juga menunjukkan rekor terpanas sejak 2000 terjadi pada 21 dari 22 tahun terakhir.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini, di sini :

perubahan iklim pemanasan global La Nina

Sumber : Bloomberg

Editor : Hadijah Alaydrus

Artikel Terkait



Berita Lainnya

    Berita Terkini

    back to top To top