Bisnis.com, JAKARTA--Amerika Serikat, Inggris, dan Australia menggalang kemitraan keamanan trilateral untuk menghadapi China di kawasan Indo-Pasifik dengan membantu Australia membangun kapal selam bertenaga nuklir.
Inisiatif yang disebut Aukus itu diumumkan bersama oleh Presiden Joe Biden, Perdana Menteri Boris Johnson, dan Scott Morrison secara virtual melalui konferensi video kemarin. Mereka menyebut kemitraan itu sebagai langkah penting terbaru dalam aliansi lama.
Morrison mengatakan tim dari tiga negara akan menyusun rencana bersama selama 18 bulan mendatang untuk merakit armada kapal selam bertenaga nuklir Australia yang baru yang akan dibangun di Adelaide. Proyek itu akan menjadikan Australia sebagai negara ketujuh di dunia yang memiliki kapal selam yang digerakkan oleh reaktor nuklir.
"Kesepakatan ini akan mencakup pemeriksaan intensif tentang apa yang perlu kita lakukan untuk melaksanakan tanggung jawab pengelolaan nuklir kita di sini di Australia," kata perdana menteri Australia seperti dikutip TheGuardian.com, Kamis (16/9). Dia merujuk pada kewajiban perjanjian internasional tentang penanganan bahan bakar nuklir.
Morrison menambahkan: “Tapi biar saya perjelas. Australia tidak berusaha untuk memperoleh senjata nuklir atau membangun kemampuan nuklir sipil.”
Tak satu pun dari ketiga pemimpin tersebut menyebut China, tetapi tidak diragukan lagi bahwa inisiatif tersebut merupakan tanggapan terhadap dorongan ekspansionis China di Laut China Selatan dan meningkatnya permusuhan terhadap Taiwan.
“Kita harus mampu mengatasi lingkungan strategis di kawasan ini dan bagaimana hal itu dapat berkembang karena masa depan masing-masing negara kita dan bahkan dunia, bergantung pada Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka yang bertahan dan berkembang di beberapa dekade ke depan,” kata Biden.
Berbicara dari London, Johnson mengatakan ketiga negara itu adalah "sekutu alami" meskipun "kita mungkin terpisah secara geografis" dan mengatakan aliansi itu akan menciptakan "kemitraan pertahanan baru dan mendorong lapangan kerja dan kemakmuran".
Terkait rencana pembangunan kapal selam Australia, Johnson mengatakan: “Ini akan menjadi salah satu proyek yang paling kompleks dan sangat teknis di dunia yang berlangsung beberapa dekade dan membutuhkan teknologi paling canggih.
Seorang pejabat senior AS menggambarkan perjanjian itu sebagai "keputusan mendasar, yang mengikat Australia secara tegas dengan Amerika Serikat dan Inggris Raya selama beberapa generasi.
Perjanjian tersebut mengakhiri kontrak senilai US$90 miliar yang ditandatangani Australia dengan perusahaan Prancis Naval Group pada 2016. Kesepakatan macet karena biaya trrlalu tinggi, penundaan, dan perubahan desain.